Tidak hanya itu, kinerja Subholding Refinery and Petrochemical pun mencatatkan laba sebesar USD 322 juta pada semester I-2021.
“Petrochemical yang tadinya menjadi beban, sekarang bisa untung USD 322 juta,” imbuhnya.
Erick mengungkapkan, keberhasilan itu bisa dicapai melalui transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN.
Ia juga mencontohkan efisiensi yang terjadi di PTPN Group yang awalnya ditentang tapi kini justru mencatatkan pendapatan hingga Rp 23 triliun dengan pertumbuhan hingga 19 persen.
“Ini juga terjadi di banyak holding-holding yang kita lakukan. Kita tidak mengenal super holding, tapi kita holding klasterisasi yang menjadi supply chain (rantai pasok) harus terjadi,” katanya.
Erick pun berharap agar transformasi yang sukses di Pertamina bisa terjadi sektor pangan. Dengan demikian, kemandirian pangan bisa terwujud.
“Transformasi yang ada di pangan harus jadi keharusan. Kita harus bisa menyeimbangkan berapa produksi dalam negeri, berapa impor. Sejak awal saya bersama Mendag mendorong agar ada ekuilibrum ekosistem baru. Saya yakin Pak Mendag background-nya bukan yang senang impor. Tetapi data harus disamakan,” ujarnya.(wsa)