Selain itu, lanjut dia, untuk konsorsium sendiri, terus dilakukan koodinasi bersama dengan tim lanjutan. Satu atau dua personil memang berganti karena perubahan dalam struktur.
“Tetapi kami tetap menggunakan konsep dua konsorsium, yaitu yang pertama konsorsium riset dan inovasi untuk penanganan COVID-19, yang terkait dengan pengembangan beragam imunomodulator, peralatan screening dan sebagainya yang terus berjalan, dan yang kedua konsorsium vaksin merah putih,“ kata Mego.
Mego menjelaskan, urgensi pengembangan vaksin yang memanfaatkan isolat virus COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia merupakan upaya pemenuhan kebutuhan vaksin masyarakat, percepatan pemulihan ekonomi nasional, dan simbol kemajuan dan kemandirian bangsa.
“Dengan komitmen dan persiapan industri dalam negeri, diharapkan kebutuhan vaksin di Indonesia bisa dipenuhi oleh Vaksin Merah Putih bahkan dapat diekspor. Pengembangan vaksin di Indonesia terdiri dari pengembangan vaksin dalam negeri Vaksin Merah Putih, dan pengembangan vaksin melalui kerja sama luar negeri,” jelasnya di hadapan perwakilan perguruan tinggi terkait dan mitra industri yang hadir.