IPOL.ID – Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (UP) menyelenggarakan Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Salah satu tujuan kegiatan tersebut untuk mencetak mahasiswa menjadi pengusaha-pengusaha tangguh.
Dekan Fakultas Farmasi UP, Prof. Dr. Apt. Shirly Kumala. M.Biomed mengatakan, pelatihan tersebut digelar salah satunya untuk mendukung rencana pihaknya untuk memproduksi obat dari bahan alami atau herbal. ”Untuk menghasilkan produk yang baik, kami butuh masukan dari para stake holder dalam hal ini dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” tuturnya, di Kampus UP Jakarta, Sabtu (2/10).
Shirly menambahkan, kegiatan tersebut diikuti oleh para mahasiswa dan dosen UP lintas program studi. Menurutnya, dengan mengikuti PKP, diharapkan peserta dapat membuat produk kemasan yang sesuai dengan standar baku mutu dan legal.
”Produk makanan kemasan yang beredar harus memiliki izin dari regulator. Salah satu tujuannya agar proses terpantau mulai dari produksi hingga penjualannya. Dengan pemantauan tersebut, keamanan pangan akan terjamin,” katanya.
Shirly mengatakan, kegiatan tersebut salah satu tujuannya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkompeten di bidang keamanan pangan.
Kepala Program Studi Farmasi, Dr. Apt. Esti Mumpuni. M.Si, mengatakan, kegiatan PKP tersebut merupakan bentuk sinergi dunia usaha, industri, institusi pendidikan, dan regulator.
Menurutnya, kegiatan tersebut sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Esti mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk program yang didukung oleh Matching Fun atau dana hibah dari Kemendikbud. Program tersebut sebagian dari misi MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
”Dengan bertemunya para stakeholder seperti kegiatan itu diharapkan akan melahirkan entrepreneur-entrepreneur baru,” harapnya.
Menurutnya, di Fakultas Farmasi UP banyak riset-riset bahan alami untuk dijadikan obat. Mahasiswa sudah bisa membuah obat. ”Dari kegiatan PKP ini merupakan langkah awal yang paling mudah untuk menjadikan mahasiswa terjun ke entrepreneur pemula. Jadi diharapkan mahasiswa tidak hanya mencari pekerjaan tetapi justru menciptakan pekerjaan dari ilmu yang mereka punya dari level paling mudah,” ungkapnya.
Dikatakannya, di UP memang serius mencetak entrepreneur. Salah satunya adalah adanya program menciptakan seratus entrepreneur baru yang didukung dari dana hibah internal UP dan dana-dana hibah dari eksternal.
Di lain pihak, Petugas Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Sajun Tunom Ns. S.Kep mengatakan, kegiatan PKP biasanya diberikan kepada pengusaha UKM dan UMKM untuk memproduksi industri pangan rumah tangga. PKP ini sebagai salah satu persyaratan untuk mengajukan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT).
Menurutnya, izin SPP-IRT di DKI Jakarta sangat dipermudah. Apalagi kini hadir aplikasi JakEVO yang merupakan digitalisasi pelayanan terpadu satu pintu Pemprov DKI. ”UMKM yang kesulitan akan dibantu. Banyak akselerasi-akselerasi terkait pertumbuhan ekonomi terkait industri rumah tangga. Ada enam dinas pembina untuk Jakpreneur,” tukasnya.
Menurutnya, dengan kegiatan PKP, para pengusaha industri rumah tangga memiliki akses kepada enam dinas terkait untuk dibina atau didampingi. ”Kalau mereka ada kesulitan kita punya petugas AJIB (Antar Jemput Izin Bermotor) dari PTSP untuk jemput bola dan mengarahkan supaya proses perizinan berjalan cepat,” ujarnya.
Dia katakan, sertifikat dari PKP merupakan persyaratan dasar untuk memulai produksi pangan rumah tangga. Peserta PKP diharapkan memahami materi-materi dasar seperti peraturan-peraturan yang terkait keamanan produk pangan. Begitu pula, peserta diharapkan dapat memahami cara memproduksi makanan kemasan yang baik, membuat label yang standar. Peserta juga dapat memahami bahan-bahan tambahan yang aman dan higienis.
Sajun mengatakan, sebelum mendapat izin SPP-IRT petugas terkait akan survei ke lokasi untuk menilai label, data produk, dan kemasan. Menurutnya tren peminat PKP di DKI terus naik kendati masa pandemi covid-19. ”Kita sistemnya online selama pandemi covid-19 tapi malah lebih banyak pesertanya,” katanya.
Petugas Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, Satibi SGz mengatakan, di masa pandemi pertumbuhan usaha makanan kemasan rumah tangga justru meningkat. Banyak pengusaha-pengusaha kecil bermunculan dari karyawan-karyawan terkena PHK atau dirumahkan. ”Di Jakarta Selatan hampir setiap hari ada pendaftaran SPP-IRT dari karyawan yang dirumahkan. Kebanyakan mereka membuka usaha produk kuliner dengan masa simpan maksimal tujuh hari di suhu ruang,” ungkapnya.
Sementara, untuk produk-produk yang kian tumbuh di masa Pandemi Covid-19 antara lain cemilan seperti keripik singkong, kue kering, dan lain sebagainya. (ibl/msb)