Dengan begitu, tambahnya, BUMN migas ini berhasil meningkatkan laba sebesar 951 juta dolar AS atau setara dengan Rp13,6 triliun.
“Jadi, memang layak diapresiasi. Pencapaian tersebut merupakan prestasi, di tengah kondisi sektor migas yang tidak mudah menghadapi tantangan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Komaidi juga sependapat bahwa pandemi Covid-19 menjadikan industri migas berada dalam posisi sulit, tetapi Nicke membuktikan kemampuan dengan berhasil melewati tantangan triple shock, yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar yang dialami Pertamina.
Ketiga faktor tersebut, seperti disampaikan Fortune International, telah menurunkan pendapatan dan laba Pertamina, tambah Komaidi, namun di bawah kepemimpinan Nicke, pada paruh pertama 2021 Pertamina menunjukkan kondisi lebih baik dengan mencapai target produksi minyak dan gas bumi.
Sebelumnya, majalan Fortune Internasional menyejajarkan prestasi Nicke Widyawati dengan sejumlah CEO global, diantaranya CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley peringkat pertama, CEO Ping An Group Jessica Tan peringkat kedua, CEO Banco Santander Ana Botin peringkat ketiga, dan CEO Macquarie Group Ltd Shemara R Wikramanayake peringkat keempat.