Pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas perdagangan di wilayah tersebut pada tahun 1390-an. Namun dia dikalahkan oleh pasukan dari kerajaan terdekat di Jawa. Setelah itu, Sriwijaya dan sekitarnya menjadi surga bagi bajak laut China.
Laman Live Science melaporkan, hari ini, hampir tidak ada jejak yang tersisa dari masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, kecuali artefak berkilauan yang ditarik oleh para penyelam dari sungai. Tidak ada penggalian arkeologis resmi yang pernah dilakukan di dalam atau di sekitar sungai.
Artefak dijual ke kolektor pribadi di pasar barang antik global. “Itu berarti bahkan ketika artefak muncul kembali, akhirnya menunjuk ke lokasi Sriwijaya, hampir tidak ada bukti fisik seperti apa kehidupan sehari-hari di sana,” kata Sean Kingsley, seorang arkeolog kelautan dan editor majalah Wreckwatch, di mana dia baru-baru ini menulis tentang Pulau Emas yang hilang.
“Kami mulai dari titik nol,” kata Kingsley kepada Live Science. “Seperti masuk ke sayap museum, kosong sama sekali. Orang-orang tidak tahu pakaian apa yang dipakai orang Sriwijaya, apa seleranya, keramik apa yang mereka suka makan, tidak ada. Kami tidak tahu apa-apa tentang mereka dalam hidup atau mati.”