IPOL.ID – Penyakit antraks kembali positif muncul di wilayah Gunungkidul. Kasus yang mengakibatkan sapi dan kambing mati tersebut sebelumnya pernah menghantui peternak dan masyarakat Gunungkidul sebelum pandemi covid19 menyerang wilayah ini.
Balai Besar Venteriner Wates mengungkapkan belasan hewan ternak ternyata positif. Belasan ternak tersebut berasal dari dua kapanewon di Gunungkidul. Bahkan salah satu kapanewon tersebut merupakan kapanewon yang pernah dilanda Antraks.
Kepala Balai Besar Veteriner Wates Hendra Wibawa mengakui, pihaknya mendapat laporan indikasi adanya dugaan antraks tersebut pertengahan Desember 2021 lalu. Pihaknya langsung melakukan uji laboratorium hewan yang diduga terpapar dan juga melakukan investigasi.
“Setelah investigasi dan uji laboratorium memang ada belasan hewan yang terkonfirmasi bakteri antraks,” ujar dia usai bertemu Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, Senin (31/1/2022) sore
Belasan hewan yang terdiri sapi ataupun kambing itu berasal dari dua Kapanewon. Dua kapanewon tersebut adalah Ponjong dan Gedangsari. Kapanewon Ponjong pada akhir tahun 2019 yang lalu juga pernah diserang oleh antraks.
Dari hasil investigasi yang mereka lakukan ternyata total kematiannya ada belasan. 5 sapi dan 2 kambing berasal dari Kapanewon Ponjong serta 6 sapi dan 2 kambing dari Kapanewon Gedangsari. Belasan sapi tersebut semuanya positif antraks.
“hewan ternak yang mati terindikasi terpapar antraks pertama kali pada pertengahan bulan Desember 2021 yang lalu,” ujar dia.
Peristiwa pertama terjadi di Kapanewon Ponjong dan rentetan terakhir terjadi di Kapanewon Gedangsari yang diduga menular ke manusia. Dan sejak Desember 2021 lalu, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat.
Untuk asalnya, lanjut dia, dirinya belum bisa mengambil kesimpulan karena masih terus melakukan penyelidikan. Namun dimungkinkan karena sapi ini terpapar dari spora yang muncul dari tanah.
Ia menjelaskan spora antraks di dalam tanah muncul jika di atas tanah yang sebelumnya endemik ditanami rumput. Dan kemungkinan besar rumput yang tumbuh di tanah yang pernah endemik tersebut dikonsumsi oleh sapi.
“mungkin rumputnya dimakan karena ada spora antraks terus ternaknya terpapar antraks,” terang dia.
Untuk di Kapanewon Ponjong, ia mengakui jika 2 tahun lalu juga menjadi endemik. Namun kasus antraks kali ini berbeda lokasi atau lokusnya dengan yang sebelumnya muncul 2 tahun lalu. Sehingga dimungkinkan mutasi dari kasus 2 tahun yang lalu.
Hendra menambahkan gejala yang terjadi di kambing adalah penurunan nafsu makan, kemudian diikuti nafas terengah-engah karena kesulitan bernafas dan langsung mati. Namun untuk sapi, tanda paling umum muncul adalah penurunan nafsu makan, lesu, terengah-engah.
“Hewan-hewan ini kesulitan mendapatkan oksigen. Jika cepat ditangani, sebenarnya sapi-sapi ataupun kambing yang terpapar antraks tersebut bisa sembuh. Namun jika terlambat ditangani maka resiko paling besar adalah hewan ternak tersebut mati setelah menunjukkan beberapa gejala,” ungkap dia.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengakui jika belasan ternak di wilayahnya terkonfirmasi positif ternak. Kendati demikian pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik karena penyakit tersebut ada obatnya.
“Termasuk jika menular ke manusia tentu akan bisa segera disembuhkan,”tandasnya.
Menurutnya, untuk hewan ternak memang ada beberapa yang positif antraks. Akan tetapi masyarakat tidak perlu panik karena ada obatnya dan bisa ditangani. Untuk orang-orang yang ada indikasi secara medis bergejala, sampai saat ini belum ada yang menyatakan positif.