IPOL.ID – Bank DKI membukukan laba bersih sebesar Rp727,36 miliar di 2021 atau tumbuh sebanyak 25,27 persen dibandingkan dengan di 2020 yang sebesar Rp580,64 miliar. Laba dapat dicetak di tengah kondisi perekonomian yang masih belum pulih sepenuhnya akibat terhantam pandemi covid-19.
“Perolehan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh 45,9 persen yoy sehingga mencapai Rp1,3 triliun di 2021,” kata Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy, Rabu (9/3/202).
Fidri menyampaikan, seiring dengan peningkatan kredit dan pertumbuhan laba, menjadikan total aset Bank DKI mencapai Rp70,74 triliun per Desember 2021. Jika dibandingkan dengan posisi total aset Bank DKI akhir 2020 yang mencapai Rp63,05 triliun, total aset mengalami peningkatan 12,21 persen dari Rp63,05 triliun.
“Lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan nasional sebesar 10,18 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank DKI Romy Wijayanto mengatakan, Dana Pihak Ketiga (DPK) di 2021 mencapai Rp57,71 triliun, tumbuh 17,96 persen dari Rp48,92 triliun per Desember 2020 sehingga mendorong total aset Bank DKI. Pertumbuhan DPK tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan DPK industri perbankan di 2021 sebesar 12,21 persen.
Pertumbuhan DPK diiringi dengan perbaikan struktur dana yang dimiliki sehingga rasio Current Account Saving Account (CASA) dapat meningkat signifikan dari Rp45,49 persen menjadi sebesar 51,37 persen di 2021. Hal ini linier memengaruhi perbaikan tingkat efisiensi biaya dana atau Cost of Fund dari 4,39 persen pada 2020 menjadi 2,96 persen per di 2021.
Romy menyampaikan, pertumbuhan DPK terutama didukung oleh pertumbuhan Giro sebesar 58,92 persen dari Rp11,17 triliun pada 2020 menjadi Rp17,76 triliun pada 2021, dan tabungan yang meningkat 7,29 persen dari Rp11,07 triliun pada 2020 menjadi Rp11,88 triliun pada 2021.
“Adapun Deposito meningkat 5,22 persen dari Rp26,67 triliun pada 2020 menjadi Rp28,06 triliun pada 2021,” ucapnya.
Penyaluran kredit di 2021 mencapai Rp38,70 triliun, tumbuh 8,52 persen dari 2020 yang tercatat sebesar Rp35,67 triliun. Pencapaian pertumbuhan kredit tersebut berada di atas pertumbuhan kredit industri perbankan di 2021 sebesar 5,24 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan kredit mikro yang tumbuh 31,75 persen.
“Dari semula tercatat sebesar Rp1,47 triliun per Desember 2020 menjadi sebesar Rp1,93 triliun per Desember 2021. Hal tersebut sejalan dengan upaya Bank DKI dalam mendorong penyaluran kredit kepada sektor UMKM, termasuk di antaranya sindikasi kredit dan pembiayaan kepada PT Permodalan Nasional Madani sebesar Rp4 triliun,” tuturnya.
Penyaluran kredit dan pembiayaan dilakukan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, ditandai dengan kualitas aset yang terjaga dengan baik yang tercermin pada realisasi rasio NPL Gross dan NPL Nett yang masing-masing terjaga pada level 3,02 persen dan 0,38 persen.
“Bank DKI secara konsisten terus melakukan peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang tercermin pada coverage ratio tahun 2021 menjadi 150,62 persen, meningkat 24,12 persen dari sebelumnya sebesar 126,50 persen per Desember 2020,” pungkasnya.