IPOL.ID – BMKG mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem waspada angin kencang yang akan sering terjadi di musim pancaroba atau masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.
“Yang perlu kami rekomendasikan untuk diwaspadai adalah transisi dari musim hujan ke kemarau sering diwarnai dengan kejadian dan masih ada hujan lebat yang dalam durasi relatif singkat yang disertai kilat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers virtual, Jumat (18/3).
Beberapa pekan belakangan, wilayah Jabodetabek hingga sebagian besar wilayah Jawa Barat memang sedang mengalami hujan lebat yang disertai angin kencang.
Sebelumnya BMKG menjelaskan, angin kencang ini disebabkan oleh pergerakan awan cumulonimbus dari arah Samudra Hindia bagian Barat wilayah Banten yang bergerak menuju wilayah Jabodetabek.
“Masuknya awan tersebut diakibatkan embusan angin pada lapisan rendah hingga tinggi yang cukup kencang,” kata Prakirawan Cuaca BMKG, Nanda Alfuadi pada, Sabtu (5/3).
Hembusan angin yang disebabkan oleh titik berkumpulnya awan ini diperkirakan akan terjadi sampai awal musim kemarau nanti.
Adapun untuk musim kemarau sendiri tahun ini diperkirakan mundur dari jadwal biasanya. Diperkirakan kemarau baru dimulai April nanti dengan puncak Agustus nanti.
“Dalam prakiraan, musim kemarau 2022 akan datang lebih lambat dari normalnya dengan intensitas yang mirip dengan kondisi musim kemarau biasanya,” jelasnya.
Sedangkan untuk curah hujan semasa musim kemarau nanti, diperkirakan ada beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau dengan intensitas hujan lebih sedikit dari biasanya.
Adapun wilayah tersebut meliputi wilayah Sumatera Utara bagian utara, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Utara, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, dan Maluku akan mengalami kemarau dengan curah hujan yang lebih kering.
Maka dari itu, Dwikorita mengimbau kepada seluruh lembaga pemerintahan terkait dan pemerintah daerah masing-masing untuk mengantisipasi bencana yang umumnya terjadi saat musim kemarau.
“Dimohon untuk lebih siap dan antisipatif terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis kebakaran hutan dan lahan dan ketersediaan air bersih,” jelasnya.