“Tetap warteg melihat lingkungan juga pembelinya seperti buruh bangunan, kernet, tukang ojek online dan lainnya. Karena itu, daya beli masyarakat di lingkungan masih rendah. Jadi tidak bisa seenaknya warteg menaikkan harga, serba salah juga,” tuturnya.
Menurutnya, orang jualan melihat lingkungan dan tidak bisa sembarangan menaikkan harga lauk pauk. Pedagang sayuran saja omsetnya kurang. Warteg pedagang finishing, dagang lauk matang. “Mau menaikkan harga ya repot, kasihan tukang-tukang buruh bangunan, kan pahit juga, kernet kan kasihan kalau kita menaikkan harga masakan jadi ini,” katanya.
Menurutnya, terpenting adalah Pandemi Covid hilang, pedagang warteg nyaman. Karena selama Pandemi Covid semua goyang dalam mencari rejeki.
“Harapan kami penjual masakan matang warteg ya itu harga telur, cabai, bawang merah dan kedelai dapat normal kembali, stabil lagi seperti semula. Apalagi kan menteri perdagangan yang baru, harusnya bisa ada perubahan harga, membuat harga normal kembali. Pengawasan harga harus dipantau, umpama di Pasar Induk juga dipantau gak usah menterinya yang mantau,” ungkap dia. (ibl)