“Karenanya kami mengembangkan pembuatan vaksin COVID-19 yang menggunakan sel dendritik,” tandasnya.
Dia menambahkan, kelebihan dari vaksin ini adalah autologus, bersifat individual, tidak mengandung zat tambahan berbahaya, aman untuk penderita dengan imunitas rendah seperti penderita kanker diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, autoimun, dan lainnya.
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta penyebutan nama Vaksin Nusantara untuk diubah. Alasannya, vaksin berbasis sel dendritik merupakan inovasi yang banyak dikembangkan para peneliti di dunia.
Dia menjelaskan, penamaan Vaksin Nusantara telah memicu tanggapan beragam masyarakat. Sebab sudah banyak jurnal internasional yang memberikan ulasan terkait sel dendritik.