IPOL.ID – Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) mengaku mendapat kabar mengejutkan, Halte Transjakarta yang berada di Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat ambruk. Padahal, halte tersebut baru saja direvitalisasi dengan menghabiskan anggaran Rp 600 miliar.
“Saya mendapatkan info bahwa Halte Transjakarta yang baru saja selesai dibangun di depan kantor Balaikota DKI Jakarta Jl Medan Merdeka Selatan ambruk. Pertanyaan saya, halte tersebut kan baru saja direvitalisasi dengan anggaran yang cukup fantastis,” ujar Ketua FAKTA Jakarta dan Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan, Sabtu (30/7/2022).
Dikatakan Tigor, pihaknya mendapat kabar ambruknya halte Transjakarta tersebut dari informasi dan kiriman foto-foto sahabatnya.
“Jadi, peristiwa tersebut terlihat dari sejumlah foto yang dikirimkan kawan saya dan kejadiannya hari Jumat (29/7/2022) malam. Berdasarkan informasi halte ini termasuk dalam proyek revitalisasi halte Transjakarta denga nilai total Rp 600 miliar,” terangnya.
Diakui Tigor, setelah membaca informasi tersebut, dirinya langsung curiga ada indikasi korupsi dalam pembangunan halte Transjakarta tersebut.
“Bisa jadi ada penyelewengan penggunaan anggaran dalam pembangunan halte ini,” ungkapnya.
Menurutnya, kecurigaannya tersebut bukan tanpa alasan. Sebab dalam pembangunan Halte Transjakarta di CSW Jakarta Selatan mengalami pembengkakan dari Rp 80 miliar menjadi Rp 120 miliar.
“Terbayang oleh kita uang sebesar itu hanya untuk membangun halte Transjakarta. Hingga saat in Halte Transjakarta CSW belum juga dioperasionalkan karena PT Transjakarta belum membayar lunas biaya pembangunan halte tersebut,” jelasnya
Dibeberkan Tigor, dalam ambruknya Halte Transjakarta tersebut, pihak tetap meyakini ada penyelewengan anggaran, dengan melakukan pengurangan angka anggaran sesungguhnya dan berakibat pada pembangunannya dipaksa diturunkan kualitasnya.
“Penurunan kualitas itu berakibat pada buruknya hasil pekerjaan dan mudah rusak atau ambruk pada saat selesai dikerjakan,” tegasnya.
Tak hanya itu, Tigor pun menyoroti sisa bahan-bahan material bangunan halte, yang masih mempunyai nilai sangat besar, namun entah dikemanakan.
“Sisa besi bahan material seperti besi dan lainya itu dikemanakan? Apakah juga sudah dihitung sebagai pendapatan bagi keuangan Transjakarta,” tanyanya.
Oleh karenanya, ia meminta dan mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus turun memeriksa penggunaan uang pembangunan proyek Transjakarta serta penjualan sisa bekas halte sebelumnya yang nilai awalnya sekitar Rp 2 miliar setiap halte.
“Pemeriksaan oleh KPK harus dilakukan juga karena uang yang digunakan untuk membangun Halte Transjakarta adalah uang subsidi dari warga Jakarta melalui APBD Jakarta,”imbuhnya.
“Sekali lagi, sangat aneh pembangunan Halte Transjakarta ini, baru selesai dibangun langsung ambruk. Juga sangat aneh membangun halte untuk Transjakarta biayanya sampai Rp 100 miliar lebih,”sambungnya.
Ia pun berpandangan, dengan anggaran yang sangat besar hanya untuk membangun sebuah halte, anggaran tersebut lebih baik dipakai untuk membangun program kesejahteraan warga Jakarta.
“Dengan anggaran yang besar untuk membangun Halte Transjakarta, itu sudah bisa menolong ribuan warga dari kesulitan ekonomi akibat dampak pandemi. Apalagi pembangunannya tidak layak dan diindikasikan ada penyelewengan anggaran,”pungkasnya. (pes)