“Mas Puspita harus menjalani operasi penggantian 4 selang yang terpasang dari kepala ke saluran pembuangan karena alirannya mampet . Pergantian itu harus dilakukan selama 5 tahun sekali karena kotor atau banyak plak sehingga aliran nya mampet. Kalau slang lagi mampet itu cairan merendam saraf lainnya jadi mengeras dan pusing menyebabkan Puspita blank dan kesakitan,” jelasnya.
“Mas Puspita itu kelebihan cairan otak karena total accident permanen kecelakaan di Brunei. Kalau pada anak kecil yang tulang kepalanya masih tipis kepalanya membesar Hidrosefalus, pada mas Puspita kelebihan cairan otak itu harus dikeluarkan lewat slang dari otak ke pembuangan. Namanya cairan otak kadang keluar di mata itu cairannya bisa mengeras menekan mata dari pori pori udara yang masuk lewat kulit,” tambahnya.
Tindakan operasi itu, kata Riries Widya, perlu dilakukan dalam upaya menghindari dampak buruk terhadap Puspita yang pernah mengalami koma dan stroke serta mengurangi pengeluaran pribadi.
Sejak kecelakaan di Brunai Darussalam tersebut, kata Riries, Puspita telah menjalani tiga kali operasi otak. “Pertama, di RS RIPAS Brunei Emergency tahun 2008, kedua di RS Mount Elizabeth Singapura tahun 2008 dan terakhir di RS Siloam Karawaci Tangerang tahun 2010. Dan, Puspita juga sempat general check up di RS Tan Tock Seng Singapore tahun 2013 dan tahun 2015,” ungkapnya.