Salah satu penerima bantuan Andreas Gah (40), warga Desa Lumbukore bersukacita rumahnya dialiri listrik dari PLN. Pasalnya, sebelum mendapat pasokan listrik dari PLN, untuk memenuhi kebutuhan penerangan rumah Andreas menggunakan pelita dengan bahan bakar minyak tanah.
“Dulu saya menggunakan pelita minyak tanah, satu bulan bisa habis Rp 40 ribu untuk 4 liter minyak tanah sementara dengan listrik PLN beli token hanya 20 ribu sebulan, ” paparnya.
Seperti diketahui, Kementerian (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan menargetkan 80.000 Rumah Tangga tidak mampu dan tinggal di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T) menjadi sasaran program BPBL melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022.
Rasio elektrifikasi di NTT dalam 5 tahun terakhir meningkat sebanyak 32,48 persen. Dari sebelumnya Mei 2017 sebesar 59,85 persen, sekarang sudah mencapai 92,33 persen per Juni 2022.(Yudha Krastawan)