IPOL.ID – Ratusan pelajar terpilih kembali mendapatkan beasiswa langsung dari SCG. Sebagai perusahaan terkemuka di ASEAN, SCG menggelar acara penyerahan beasiswa tersebut melalui program Sharing The Dream secara hybrid, Kamis (11/8).
Sejurus akan hal tersebut, kegiatan beasiswa diberikan oleh SCG kepada sebanyak 493 pelajar terpilih. Giat berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta. Sebanyak 123 pelajar kategori SMA/sederajat dan mahasiswa S1 hadir secara offline dan 370 pelajar lain mengikuti secara online.
Turut hadir, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, secara virtual. Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Prapan Disyatat, pendiri Ancora Foundation, Gita Wirjawan, dan Koordinator Harian Sekretariat Fasilitasi CSR BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Jawa Barat, Eka Sundana.
Data yang dihimpun, Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 189 negara pada Indeks Pembangunan Manusia tahun 2020 yang dirilis Bank Dunia. Indeks tersebut, salah satunya diukur dari pendidikan yaitu rata-rata masa sekolah anak. Indonesia mencatat rata-rata masa sekolah sebesar 8,2 tahun, sedangkan ekspektasi masa sekolah anak yaitu 13,6 tahun.
Country Director SCG di Indonesia, Warit Jintanawan mengatakan, dalam hal ini SCG mendukung peningkatan akses pendidikan di Indonesia. Program Beasiswa SCG Sharing The Dream pun kembali diselenggarakan SCG. Bersamaan genapnya perayaan ke 10 tahun, SCG peduli akan pendidikan di Indonesia.
“Bagaimana kedepan strategi pelaksanaan CSR ini berkelanjutan, dampaknya bisa mengurangi kesenjangan sosial di Indonesia, optimis, tidak ada yang tidak mungkin,” ucap Warit pada ipol.id, Rabu (10/8).
Tahun ini, lanjut dia, SCG Sharing the Dream genap satu dekade, sejak dilaksanakan tahun 2012. Tercatat program ini telah menyalurkan lebih dari 3.570 beasiswa untuk pelajar Indonesia. Menyerap dana sebesar 17 miliar rupiah, melingkupi dana pendidikan dan program pengembangan.
“Ini merupakan komitmen SCG dalam mewujudkan pemerataan akses pendidikan sekaligus implementasi dari nilai ESG 4 Plus (Environmental, Social, and Governance),” kata Warit.
Dia menjelaskan, pihaknya mendorong para scholars (penerima beasiswa) untuk terjun langsung ke masyarakat. Melihat masalah di sekitarnya, dan berdialog dalam mencari solusi. “Pola pikir kritis, kesadaran, dan pembentukan karakter generasi muda merupakan sasaran dampak dari program ini,” ujar pria mengenakan kemeja batik bercorak lengan panjang itu.
Sasaran tersebut sejalan dengan gagasan “Merdeka Belajar” dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang mendorong pelajar untuk merdeka dalam berpikir dan mengoptimalkan potensi sesuai minat dan bakatnya.
Acara ini menjadi momen inaugurasi usai serangkaian proses seleksi beasiswa yang diikuti lebih dari 1.200 pendaftar berdomisili Jakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Karawang, Sukabumi, Lebak, dan Bekasi.
“Tahun ini juga menandai perjalanan 10 tahun SCG berkontribusi bagi kemajuan pendidikan Indonesia,” tambah Warit.
Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim menyampaikan apresiasinya untuk program ini. Kementerian tidak bisa bekerja sendiri, sebab Merdeka Belajar adalah upaya bersama dan gerakan kolaboratif melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk sektor industri.
“Saya mengapresiasi komitmen SCG selama 10 tahun terakhir menjalankan beasiswa Sharing The Dream sebagai salah satu program CSR perusahaan. Di samping itu, saya turut senang mengetahui bahwa dalam perayaan 10 tahun ini, ada peningkatan pada jumlah penerima beasiswa. Tntunya sangat mendukung upaya kita bersama meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas,” tutur Nadiem.
Diutarakan Warit, SCG menambah jumlah penerima manfaat hingga 493 siswa (480 siswa SMA/sederajat dan 13 Mahasiswa S1) serta Bekasi sebagai wilayah baru dari sebelumnya 410 pelajar pada tahun 2019. Penambahan itu merupakan kontribusi PT Fajar Surya Wisesa Tbk selaku anak perusahaan di bawah unit bisnis SCGP untuk 83 pelajar asal Bekasi.
Kemudian dana pendidikan yang disalurkan terdiri dari dua kategori, 1. Pelajar SMA sebesar Rp 2.000.000 per orang per tahun; 2. Mahasiswa S1 sebesar Rp 8.000.000 per orang per tahun selama maksimal empat tahun masa kuliah.
Selain biaya pendidikan, SCG juga mendukung tiga proyek sosial terpilih dari scholars. Salah satunya proyek Pemanfaatan Limbah Organik sebagai Budidaya Maggot oleh Elsa Nopiyanti, Mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) penerima beasiswa.
Elsa mengatakan, awalnya dia melihat sampah organik disekitar pesantren. Sampah tersebut bisa mencapai 3 kilogram per hari. Sehingga dirinya melakukan proyek budidaya maggot ini. Hasil ternak maggot bermanfaat sebagai pakan hewan ternak seperti unggas serta bermanfaat sebagai pupuk organik, membantu peternak dan petani menghemat biaya.
“Proyek sosial saya ajukan mengadaptasi ekonomi sirkular yang diterapkan SCG. Menurut saya, ESG itu prinsip/standar perusahaan yang menyatukan lingkungan, sosial, dan tata kelolanya agar kegiatan bisnis dapat memberikan dampak berkelanjutan. Maka saya mengaplikasikan prinsip-prinsip itu pada proyek saya agar bermanfaat secara berkelanjutan,” terang Elsa.
Pada kegiatan itu, dilakukan talkshow guna menginspirasi para scholars dengan beberapa pembicara, yakni Founder Gerakan Sociopreneur EWasteRJ, Rafa Jafar, dan PARASOL (Printable Alternative Solar Roll), pencipta inovasi Solar Roll Alternatif dari limbah plastik yang juga merupakan Juara 1 Tingkat ASEAN pada kompetisi “ESG Hacks To Heal Our Planet” yang diselenggarakan SCG secara regional.
“Kami berharap SCG Sharing the Dream dapat lebih berdampak dan strategis dalam mendukung pemerintah menuntaskan masalah pendidikan serta kesenjangan sosial di masyarakat, sejalan dengan kampanye ESG 4 Plus kami di Indonesia,” tutup President Director PT. SCG Indonesia, Chakkapong Yingwattanathaworn. (Joesvicar Iqbal/msb)