Sri Mulyani mengatakan, anggaran subsidi dan kompensasi untuk BBM dan listrik diperkirakan masih terus merangkak naik hingga Rp698 triliun. Ini akibat kenaikan harga pangan dan energi yang dipicu eskalasi geopolitik.
“Anggaran subsidi BBM sangat besar di atas Rp600 triliun lebih dinikmati kelompok menengah atas. Hanya 5 persen subsidi solar dinikmati keluarga miskin. Sementara subsidi pertalite hanya 20 persen dinikmati kelompok tidak mampu dan miskin,” katanya.
Karena itu, rapat terbatas memutuskan untuk memberikan bansos tambahan. Selain BLT dan subsidi gaji, rapat terbatas juga meminta kepada kepala daerah menggunakan 2 persen dana transfer umum baik itu dana alokasi umum (DAU) dan dana bagi hasil (DBH) sebesar Rp2,17 triliun untuk membantu angkutan umum, ojek, nelayan, serta bansos tambahan.
“Presiden berharap pengalihan bantuan subsidi BBM ke kelompok paling membutuhkan dan miskin dapat meringankan beban akibat tekanan kenaikan harga-harga yang meningkat,” tutur Sri Mulyani.
Terpantau satu pekan ini di salah satu SPBU di wilayah Jakarta Timur, terjadi antrean panjang sepeda motor pada dispenser pengisian BBM pertalite. Sebaliknya, pengisian BBM pertamax tidak ada antrean panjang. Hanya terlihat dua sampai empat motor yang mengisi pertamax.