Ekonom perkirakan, kenaikan harga BBM subsidi akan dorong inflasi di atas 5 persen pada 2022 dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat dari saat ini 5,2 persen.
Lalu bagaimana dampaknya terhadap pasar?
Tanpa memedulikan tekanan inflasi kemungkinan berdampak negatif dalam jangka pendek. Sedangkan ke saham, jika melihat masa lalu, kenaikan harga bahan bakar tekan IHSG tetapi jangka pendek kecuali pada 2008 dan taper tantrum 2013.
“Dalam jangka panjang pengurangan BBM bersubsidi akan tekan defisit anggaran dan potensi hambatan dari pertumbuhan yang melambat,” lanjutnya.
Ashmore melihat sektor bank akan menjaga indeks saham. Hal ini seiring kenaikan suku bunga jadi sentimen positif.
“Kami mempertahankan untuk investasi selama volatilitas dan koreksi terutama ke saham,” tulisnya lagi. (Far)