IPOL.ID – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Gusti Ayu Bintang Darmawati, beserta rombongan dari Kementerian Agama, Komisi VIII DPR dan KPAI mengunjungi Mapolres Ponorogo bersama Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta.
Para pejabat tersebut mengecek keseriusan penanganan perkara kematian seorang santri di Pondok Pesantren Darusalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam pertemuan, Kapolda Jatim mengungkapkan telah melakukan diskusi terkait dua hal. “Pada pertemuan itu kami mendiskusikan dua hal, yang pertama terkait dengan proses penyidikan. Di dalam penyidikan, penyidik telah mengumpulkan alat bukti dan telah menetapkan dua tersangka, dengan inisial MF dan IH. Dalam prosesnya kemarin juga sudah dilakukan autopsi, itu juga menjadi bahan kelengkapan proses penyidikan,” kata Nico, Senin (12/9).
Nico juga telah membahas bagaimana mekanisme edukasi dan pencegahan supaya hal ini tidak terjadi kembali. Khususnya di lembaga pendidikan yang ada di Jawa Timur.
“Kami kerja sama dengan stakeholder terkait, membentuk satgas perlindungan perempuan dan anak, di dalam satgas ini ada beberapa dinas terkait, seperti dinas sosial, dinas agama, Tim Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (TP2TPA), serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),” tukasnya.
“Kami mengedepankan kemudahan memberikan informasi dengan memberikan nomor hotline, sehingga siapapun yang menjadi korban bisa segera melapor dan kami bisa cepat menindaklanjuti,” tambahnya.
Nico berharap, di setiap lembaga pendidikan agar mematuhi perlindungan kepada anak dalam hak memperoleh pendidikan tanpa kekerasan.
“Hal ini bisa didapatkan dengan peran aktif baik dari lembaga pendidikan, orang tua, maupun dari anak-anak sendiri yang sedang mengikuti pendidikan,” ujar Kapolda Jatim seusai diskusi bersama Menteri PPPA, Kementerian Agama dan Komisi 8 DPR guna mengungkap aksi kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan.
Proses junior dan senior atau senioritas ini menjadi sifat pengasuhan. Sehingga seorang anak yang melakukan proses pendidikan memperoleh pendidikan wajar tanpa ada tekanan maupun kekerasan.
“Saya kira penting, kerjasama ini terus ditingkatkan. Sehingga ke depan kita mencetak anak-anak yang mempunyai ilmu pengetahuan yang baik, punya akhlak baik dan kedepan bisa berguna bagi bangsa dan negara,” katanya. (Joesvicar Iqbal)