Menurut penuturan Endy, dampak tersebut tentunya menggangu produktivitas mahasiswa. Gangguan psikologis ini tidak hanya menyerang psikis saja, tapi bisa menyebabkan sederet masalah fisik.
“Kita sesama awardee merasa simpati dan empati, kita saling menghibur satu sama lain tapi sekaligus kita juga kena secara psikologis akhirnya kita malah tidak fokus ngapa-ngapain,” tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, dia sangat berharap agar pemerintah juga memikirkan kondisi psikologis yang dialami oleh para diaspora. Juga meminta agar pemerintah segera memberi kejelasan, pasalnya keterlambatan tunjangan seperti ini bukan kali ini saja, namun sering terjadi.
“Efek psikologis ini mereka perlu tahu dan perlu juga bersimpati dan berempati. Karena hal-hal seperti ini sebetulnya sangat jarang diungkapkan,” tandasnya.
Bekerja sebagai Tenaga Kebersihan
Kisah lain datang dari Imam Malik Riduan, salah satu mahasiswa S3 yang menjadi petugas kebersihan di salah satu sekolah di Sydney Barat. Padahal, dia merupakan kandidat PhD di School of Social Sciences, Western Sydney University.