Pekerjaan itu dilakoni lantaran Kementerian Agama (Kemenag) belum memberikan tunjangan hidup selama sembilan bulan ini. Karena itu, Imam harus memutar otak untuk bisa bertahan di Asutralia menyelesaikan kuliahnya.
“Saya bekerja enam jam per hari sebagai cleaner di public school di daerah Sydney Barat,’’ ujar Imam.
Sayangnya, uang dari hasil membersihkan sekolahan itu tidak cukup untuk menyewa kamar untuk tempat tinggal. Sehingga, untuk tidur, dia harus numpang ke teman-teman terdekatnya atau rumah milik warga Indonesia yang tengah pulang kampung.
“Saya pindah-pindah tempat tinggal supaya bisa menekan biaya hidup. Mulai dua hari lalu sampai seminggu ke depan saya tinggal di salah satu orang Indonesia yang sedang pulang kampung,” ungkap dia.
Imam berharap Kemenag segera memberikan uang beasiswa pada Oktober ini. Terlebih, berbagai upaya telah dilakukan dengan menemui Konsulat Jenderal RI di Sydney hingga berkomunikasi dengan Kemenag.
Alasan Kemenag terlambat mengirimkan dana pembayaran SPP karena adanya perubahan manajemen pengelola beasiswa. Padahal Kemenag berjanji segera menstransfer tuition fee paling lambat pada 31 Oktober.