IPOL.ID – Universitas Kristen Indonesia yang lebih kita kenal dengan sebutan UKI, berdiri pada tanggal 15 Oktober 1953 yang di inisiasi oleh Dewan Gereja Indonesia melalui tokoh-tokoh Kristen Indonesia, yakni Todung Sutan Gunung Mulia, Yap Thiam Hien, dan Benjamin Thomas Philip Sigar. Bertempat di Auditorium Graha Wiliam Soeryadjaya FK UKI, civitas akademika UKI mengadakan acara Dies Natalis ke-69, Malam Apresiasi Alumni UKI Peduli Almamater, Sabtu (15/10/2022).
Dalam sambutannya, Rektor UKI, DR. Dhaniswara K. Harjono, SH., MH., MBA. menyampaikan terima kasih atas dukungan dari para alumni yang sangat luar biasa. “Berkat kerja keras kita bersama dan dukungan para alumni, di usia yang ke-69, UKI berhasil memperoleh Akreditasi Unggul, tepatnya pada 29 Juni 2022, lalu,” ujarnya.
Menurut Rektor Dhaniswara, penilaian mencakup seluruh aspek, termasuk prestasi-prestasi dari mahasiswa-mahasiswa dan juga prestasi alumni. Kendati sarana dan prasarana yang dimiliki UKI termasuk yang paling minim, namun hal tersebut tak membuat UKI menjadi tak berprestasi. Terbukti, UKI menjadi perguruan tinggi ke-29 yang memperoleh Akreditasi Unggul, dari sekitar 4700 perguruan tinggi. Sekarang ini, per 14 Oktober 2022, baru ada 35 perguruan tinggi yang memperoleh Akreditasi Unggul. Dengan kekuatan dan prestasi, UKI mampu memperoleh Akreditasi Unggul.
“Di bulan Juni, UKI menjadi universitas Kristen pertama yang memperoleh Akreditasi Unggul, Tapi beberapa hari yag lalu, Universitas Kristen Petra, menyusul. Sehingga ada dua, perguruan tinggi yang Akreditasi Unggul,” ungkap Rektor.
Salah satu contoh prestasi yang dimiliki UKI adalah atlet Karate UKI yang berhasil memboyong medali emas dari tingkat daerah, provinsi, hingga nasional. Bahkan pada Turnamen Karate di ASEAN University Games, di Ubon Ratchathani, Thailand, atlet Karate mahasiswa UKI berhasil menyabet 2 medali emas. Ini berkat tempaan jagoan Karate alumni UKI. Ini semua kolaborasi antara UKI dengan alumninya.
Para pimpinan UKI yang biasa disebut Tim 17 yang terdiri dari Rektor, 4 Wakil Rektor, 3 Kepala Lembaga, 9 Direktur, sangat gembira dengan para alumni yang sangat peduli. Kepedulian yang diberikan para alumni ini bermacam-macam, ada yang memberi saran-saran, ada yang memberi masukan, dan ada pula yang menjewer, agar bisa berprestasi lebih baik lagi.
Kabar gembira juga disampaikan Rektor Dhaniswara, bahwa dalam waktu 22 bulan terakhir, untuk kali pertama, Universitas Kristen Indonesia telah menghasilkan 5 Guru Besar, setelah sekian lama tidak ada. Ini semakin memperbanyak stok Guru Besar di UKI dan diharapkan ini terus berkesinambungan. “Tidak ada satu tahun pun, tidak ada satu semester pun, kita tidak menghasilkan Guru Besar,” tegas Rektor.
Kontribusi Alumni Dalam Mendorong Prestasi Mahasiswa UKI
Saat ini, ada sekitar 70 ribu, alumni Universitas Kristen Indonesia. Dari 70 ribu orang alumni yang terdata, ada 33 orang alumni yang diundang hadir dalam acara Dies Natalis UKI ke-69 ini. Ini sangat sedikit sekali dari total alumni yang begitu besar.
Alumni UKI berasal dari beragam latar belakang. Ada yang Jenderal, ada yang dari Pemerintahan, ada yang di Legislatif, bervariasi. Itu merupakan kekayaan yang dimiliki Universitas Kristen Indonesia.
Begitu banyak kontribusi yang telah diberikan para alumni UKI kepada almamaternya, antara lain seperti memberikan Beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, penggalangan dana dari para alumni untuk keberlanjutan program beasiswa, memberikan fasilitas bagi mahasiswa UKI yang akan melakukan praktek kerja/magang, hingga memberikan pembinaan/pembekalan bagi para lulusan muda UKI agar siap berkompetisi di dunia kerja.
Saat masa pandemi Covid-19 dua tahun lalu, para alumni memberikan bantuan sembako bagi mahasiswa yang tinggal di asrama dan petugas kebersihan yang ada di lingkungan kampus UKI. Para alumni juga selalu hadir dalam acara-acara seremoni yang diadakan oleh civitas kampus.
Japto : “Kewajiban Alumni Adalah Pengabdian Kepada Almamater”
Japto Soerjosoemarno, SH. merupakan salah satu alumni dari Fakultas Hukum UKI, yang turut hadir dalam Dies Natalis ke-69 UKI. Dalam kesempatan tersebut, Japto menyampaikan pesan dan kesannya.
Menurut Japto, UKI adalah satu keluarga yang harus direkatkan sehingga menjadi satu kekuatan Kewajiban alumni adalah pengabdian kepada almamaternya, diminta atau tidak diminta. Karena sumber pendidikan seorang manusia itu adalah, pertama di keluarganya yaitu orang tuanya. Kedua, ada di pendidikan formalnya, mulai dari TK, SD, hingga sekolah pendidikan terakhirnya, guru-gurunya, pendidik-pendidiknya. Ketiga adalah lingkungan.
Japto mengakui, dirinya ketika sekolah dididik dengan baik, namun di lingkungan bertemu dengan yang kurang baik, sehingga membuatnya sempat bandel. Namun baginya, itu adalah proses dirinya jadi bergaul. Dan menurutnya, orang-rang yang berhasil setelah menjadi wisudawan, adalah orang-orang yang bergaul, yang aktif dalam ekstra kulikuler. Sementara yang tidak bergaul, hanya baca buku, pendiam, biasanya menjadi pegawai atau kembali ke almamaternya. Tapi yang bergaul, menjadi ekonom, dia berhasil dan berkembang karena memiliki pergaulan, punya koneksitas, punya hubungan yang baik, bisa berkembang.
Dalam pandangannya, sebuah perguruan tinggi harus ada ekstra kulikuler sebagai perekat antar mahasiswa. Di perguruan tinggi itu, harus ada suatu mekanisme untuk mengikat hubungan antar mahasiswa, yang sekarang mulai hilang. Dulu ada namanya mapram, di situ bisa saling mengenal antar mahasiswa per fakultas, maupun satu fakultas dengan fakultas lain. Sekarang tidak ada lagi.
“Saya ingin di UKI ini, ada kegiatan dimana mahasiswa menghibur mahasiswa, mahasiswa menghibur para pengajar, mahasiwa menghibur alumni,” papar Japto. Untuk itu dirinya siap mengadakan perangkat alat musik yang bisa digunakan untuk kegiatan itu. Ini mungkin hal-hal kecil tapi bisa menjadi suatu ikatan.
Japto juga berpesan, fungsikan alumni yang berhasil untuk membantu alumni yang kekurangan, bisa saling silih asih, saling membantu. Alumni fakultas harus bekerja sama dengan alumini UKI. Dirinya ingin, UKI mulai membuka komunikasi, sinkronisasi antara mahasiswa, alumni, pengajar, dan rektorat. Sehingga pada saat Rektor Dhaniswara habis masa jabatannya, bisa meninggalkan sesuatu yang besar bagi UKI.
Di akhir acara, Prof. DR. dr Retno Wahyuningsih,menyampaikan harapannya agar UKI bisa melahirkan peneliti-peneliti yang lebih banyak untuk negara. Kendati profesi peniliti tidak popular di masyarakat, karena bekerja dalam senyap, namun negara merasakan kehadirannya. (Yuli)