IPOL.ID – Dalam catatan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 terdapat tiga pasangan pada simulasi tiga pasang capres-cawapres yang bakal bersaing ketat di 2024.
Ketiga pasangan tersebut adalah Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto (Ganjar-AH), Prabowo Subianto-Puan Maharani (Prabowo-Puan), dan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (Anies-AHY). Lalu muncul pertanyaan, pasangan mana yang memiliki elektabilitas tertinggi?
Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan, ada yang menarik jika melihat dua nama yakni Puan dan Ganjar di PDIP. Sehingga PDIP mempunyai banyak problem antara dua nama ini. Puan mendapat dukungan diinternal, dari struktur partai untuk maju, tapi elektabilitasnya masih rendah.
“Di sisi lain Ganjar elektabilitasnya cukup tinggi namun diinternal tidak cukup kuat dukungan struktur partainya. Sehingga ini menjadi pekerjaan rumah bagi Bu Megawati,” kata Adjie kepada ipol.id di Kantor LSI Denny JA, di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta, Senin (10/10).
Artinya, lanjut dia, siapa di antara dua nama itu yang akan diputuskan oleh Ibu Megawati. Dari data ini, sebetulnya pilihan rasionalnya adalah ketika PDIP memutuskan Ganjar sebagai Capres 2024. Walaupun waktunya masih 12 bulan lagi menuju September.
“Tapi kita lihat Anies Baswedan sudah mulai dideklarasikan, jangan sampai kemudian PDIP telat memanaskan mesin menuju 2024 atau telat melakukan sosialisasi, siapa capresnya nanti,” tutur Adjie.
Karena, lanjut dia, partai lain sudah mulai menemukan kawan koalisinya. Jadi bisa dilihat Ganjar ada peluang dipilih/diusung oleh PDIP. Terkait pemilih di Pulau Jawa, Ganjar cukup telak mendapatkan dukungan.
Artinya, Ganjar mendapat dukungan signifikan di pemilih Pulau Jawa karena populasinya paling besar.
Di pemilih muslim, sambung dia, memang Ganjar seimbang dengan pasangan yang lain. Jika melihat beberapa kantong-kantong pemilih muslim cukup beragam, artinya tergantung Ganjar jika terpilih sebagai capres dari PDIP, bagaimana dia berkomunikasi dengan komunitas muslim.
“Sama halnya di media sosial Facebook, perhari ini saja Ganjar lebih unggul dibanding dua paket pasangan lainnya,” klaim Adjie.
Catatan LSI Denny JA hingga Senin (10/10), setidaknya ada lima kantong besar pemilih yaitu kantong besar pemilih agama (Islam), kantong besar pemilih etnik (Jawa), kantong besar wong cilik (pendidikan), kantong besar wong cilik (pendapatan), dan kantong besar pemain medsos (Facebook). Siapa saja yang unggul di lima kantong pemilih itu?
Adjie memaparkan, koalisi PDIP dan KIB (Golkar, PAN, dan PPP) potensial membentuk pemerintahan kuat. Empat belas bulan sebelum Pilpres 2024, pasangan Ganjar-Airlangga Hartarto (Ganjar-AH) merupakan pasangan paling populer/disukai, elektabilitasnya tertinggi.
Elektabilitas Ganjar-AH lebih tinggi dibanding Prabowo-Puan, Prabowo-Muhaimin Iskandar, Anies-AHY, Anies-Khofifah, Puan-Ganjar, atau Ganjar-Puan.
Simulasi tiga pasang, ada Ganjar-AH, Prabowo-Puan, dan Anies-AHY, Ganjar-AH mendapat elektabilitas tertinggi diangka 30%.
Ganjar-AH unggul di lima kantong besar pemilih yaitu, kantong besar pemilih agama (Islam), kantong besar pemilih etnik (Jawa), kantong besar wong cilik (pendidikan), kantong besar wong cilik (pendapatan), dan kantong besar pemain Facebook.
“Pasangan Ganjar-AH dimungkinkan jika terjadi koalisi antara PDIP dan KIB (Golkar, PAN dan PPP). Koalisi ini potensial membentuk pemerintahan kuat,” tukasnya.
PDIP dan Golkar bukan saja mewakili dua partai terbesar hasil pemilu 2019. Tapi koalisi ini juga mewakili dua segmen pemilih terbesar yakni nasionalis (PDIP, Golkar) dan Islam (PAN, PPP). “Restu Megawati dan Puan memainkan peran penting memungkinkan terwujudnya pasangan ini,” paparnya.
Dinamika politik hingga Pilpres 2024, 14 bulan dari sekarang, tetap membuka kemungkinan naik dan turunnya elektabilitas. Simulasi pertama, kata dia, Ganjar-AH paling disukai. Pemilih yang menyukai pasangan Ganjar-AH berada diangka 24,9%. Pemilih yang menyukai pasangan Prabowo-Anies berada di angka 14,8%, dan menyukai pasangan Anies-AHY diangka 13.4%.
Simulasi kedua, terhadap tiga pasang Capres-Cawapres (Ganjar-AH vs Prabowo-Muhaimin vs Anies-Puan). Di sini Ganjar-AH mendapatkan elektabilitas tertinggi diangka 31,1%.
Urutan kedua, Prabowo-Muhaimin diangka 29,6%, dan posisi ketiga, Anies-Puan diangka 14,1%. Simulasi ketiga, pilihan terhadap tiga pasang Capres-Cawapres dengan komposisi (Ganjar-AH VS Prabowo-Puan, VS Anies-AHY). Untuk Ganjar-AH menempati posisi pertama, elektabilitas diangka 30%.
Posisi kedua, Prabowo-Puan diangka 23,9%, dan posisi ketiga, Anies-AHY diangka 22.8%. Pada segmentasi pemilih Ganjar-AH. Jika ditelisik lebih lanjut, dari segmentasi pemilih partai, Ganjar-AH unggul di pemilih PDIP, Golkar, PKB, dan PAN.
Pemilih PDIP yang memilih Ganjar-AH berada diangka 59,9%. Pemilih Golkar yang memilih Ganjar-AH diangka 37,1%, pemilih PKB memilih Ganjar-AH diangka 21,7%, dan pemilih PAN memilih Ganjar-AH 41,2%.
Dari segmentasi pemilih Pilpres 2019, lanjut Adjie, terlihat Ganjar-AH mendapat banyak dukungan dari pemilih Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, sebesar 42,1%.
Sebanyak 18,2% pemilih Jokowi-Ma’ruf memilih Prabowo-Puan, dan 15,5% memilih Anies-AHY. Kemudian pemilih Prabowo-Sandi, sebanyak 14,6%, memilih Ganjar-AH, 38,6%, memilih Prabowo-Puan, dan 34,8 memilih Anies-AHY. “Jokowi rumornya merestui, menyetujui Prabowo mencalonkan sebagai Presiden 2024,” ulasnya.
Pada segmen desa dan kota, Ganjar-AH banyak didukung oleh pemilih di desa. Pemilih di desa sebanyak 31.4% memilih Ganjar-AH. Pemilih di kota memilih Ganjar-AH sebanyak 26,5%.
Pemilih di desa memilih Prabowo-Puan diangka 24%, dan memilih Anies-AHY diangka 18,8%. Pemilih di kota, memilih Prabowo-Puan diangka 23,5%, dan memilih Anies-AHY diangka 32,6%.
Pada segmentasi pemilih berdasarkan wilayah barat, tengah, timur, Ganjar-AH unggul di wilayah Tengah dan Timur. Wilayah Tengah meliputi Pulau Jawa. Wilayah Timur meliputi Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua.
Di wilayah tengah, Ganjar-AH mendapat dukungan sebanyak 33,9%. Di wilayah Timur, Ganjar-AH mendapat dukungan sebanyak 27,2%.
Untuk lima kantong besar pemilih, yaitu kantong besar pemilih agama Islam, kantong besar etnik Jawa, kantong besar wong cilik pendidikan, kantong besar wong cilik pendapatan dan kantong besar pemain Facebook.
Ganjar-AH unggul di kantong besar pemilih agama (Islam). Sebanyak 28,4% pemilih beragama Islam memilih Ganjar-AH.
Sebanyak 24,5% pemilih Islam memilih Prabowo-Puan. Sebanyak 23,7% pemilih Islam memilih Anies-AHY.
Di pemilih agama non-Islam, sebanyak 43,9% memilih Ganjar-AH, sebanyak 18,3% memilih Prabowo-Puan, sebanyak 14,6% memilih Anies-AHY. Ganjar-AH juga unggul di kantong besar etnik Jawa. Sebanyak 45% pemilih ber-etnik Jawa memilih Ganjar-AH.
Sebanyak 16,1% pemilih ber-etnik Jawa memilih Prabowo-Puan. Sebanyak 11,9% pemilih beretnik Jawa, Anies-AHY.
Di kantong besar wong cilik pendidikan, Ganjar-AH pun unggul. Sebanyak 30,2% pemilih tamat SD kebawah memilih Ganjar-AH. Sebanyak 26,3% pemilih tamat SD kebawah memilih Prabowo-Puan. Sebanyak 16,2% pemilih tamat SD kebawah memilih Anies-AHY.
Pemilih tamat SMP ke bawah sebanyak 36,0% memilih Ganjar-AH, sebanyak 19,4% memilih Prabowo-Puan, dan sebanyak 20,6% memilih Anies-AHY.
Di kantong besar pemilih wong cilik pendapatan, keunggulan masih didapat Ganjar-AH. Sebanyak 29,9% pemilih pendapatan di bawah Rp2 juta per bulan memilih Ganjar-AH.
Ganjar-AH juga unggul di kantong besar pemain medsos Facebook. Sebanyak 34,4% pemilih mempunyai Facebook memilih Ganjar-Anies.
“Prospek Ganjar-AH, bisa diteropong melalui skenario koalisi resmi PDIP dan KIB. Secara resmi PDIP dan KIB menyatukan diri berkoalisi. Capres dari PDIP yaitu Ganjar. Cawapres dari KIB yaitu AH,” terangnya.
Skenario Ganjar-AH bagi PDIP lebih baik dibandingkan Prabowo-Puan, karena dua hal. Pertama, elektabilitas Ganjar-AH lebih tinggi dibanding Prabowo-Puan.
Kedua, pada Ganjar-AH, posisi Ganjar sebagai Capres PDIP. Sedangkan Prabowo-Puan, posisi Puan hanya Wapres PDIP. Efek ke PDIP di pileg 2024 lebih tinggi jika calon PDIP menjadi Capres dibandingkan hanya menjadi Cawapres.
“Jika Ganjar-AH menang, ini skenario PDIP pasca-Megawati. Ganjar menjadi Presiden RI 2024-2029. Puan menjadi Ketua Umum PDIP dan Ketua DPR 2024-2029,” ulasnya.
Namun ditanya apakah ada yang dapat menggagalkan pasangan Ganjar-AH? Adjie menjelaskan, skenario pertama, menjelang pendaftaran Pilpres 2024 (September 2023), elektabilitas Puan melejit melampaui Ganjar. Maka PDIP akan mencalonkan Puan sebagai Capres.
Atau menjelang pendaftaran Pilpres 2024 (September 2023), elektabilitas AH melejit melampaui Ganjar. Maka KIB akan mencalonkan AH sebagai Capres.
Skenario kedua, yang bisa mengubah pasangan Ganjar-AH adalah elektabilitas Prabowo dan Anies melejit. Maka Prabowo dan Anies lebih menjadi pilihan Capres bagi AH.
Skenario ketiga, bisa mengubah pasangan Ganjar-AH adalah Ganjar menemukan pasangan cawapres lain diluar AH juga sudah punya tiket capres cukup.
“Jadi Megawati memegang peran kunci siapa akhirnya dicalonkan Capres oleh PDIP dan siapa pendamping calon wapresnya,” tukasnya.
Menurut dia, untuk kepentingan partai, PDIP, juga kepentingan bangsa, Megawati cukup memiliki perhitungan matang. Di tahun 2014, Megawati secara rasional menyerahkan kursi capres kepada Jokowi, paling tinggi elektabilitasnya saat itu.
Menjelang pendaftaran papres-cawapres di September 2023, jika dari kader PDIP, hanya Ganjar memungkinkan PDIP memenangkan Pilpres 2024, secara rasional Ganjar potensial dicalonkan PDIP.
Namun sebelum September 2023, Puan putri mahkota diberikan kesempatan pertama menaikan elektabilitasnya, agar dapat menjadi Capres PDIP yang memenangkan Pilpres 2024.
Sama halnya Golkar sendiri. Hingga September 2023, AH tetap diberikan kesempatan pertama menaikan elektabilitasnya agar menjadi Capres Golkar yang menang Pilpres 2024.
Namun jika hingga September 2023, pasangan Ganjar-AH tetap berada di puncak, pasangan ini menjadi pilihan rasional baik bagi PDIP, ataupun Golkar, ataupun KIB. “Itulah pilihan berpolitik dengan akal sehat, namun demikian ini belum final, kita lihat dinamika elektabilitas sosok maupun partai politik kedepannya,” tutup Adjie. (Joesvicar Iqbal/msb)