IPOL.ID – RS Premier Bintaro (RSPB) meluncurkan ROBBIN (Robot Bintaro), sebuah terobosan baru dalam prosedur bedah tulang, pertama di Asia Tenggara. Peluncuran ini sekaligus dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya yang ke-24.
Direktur Rumah Sakit Premiere Bintaro Martha ML Siahaan mengatakan Navigasi Robotik ini digunakan pada operasi tulang belakang dan juga kasus bedah tulang lainnya. “Teknologi ini memungkinkan pemasangan implant pada operasi tulang belakang memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi,” ujarnya sebagaiman siaran pers pada Rabu (26/10/22). Teknologi ini juga menggunakan Teknik operasi minim sayatan dan cedera jaringan sehingga risiko pendarahan dan infeksi menjadi lebih sedikit, serta dapat mempersingkat waktu operasi dan pemulihan pasien.
Ia melanjutkan, Robotic Navigation Spine Surgery di rumah sakit RSPB telah terintegrasi dengan CT scan 256 slices, C-Arm dan di support dengan tekhnologi MRI 3 Tesla. Sebelumnya operasi tulang belakang memakan waktu 8 jam, namun dengan menggunakan Robbin dapat dipangkas menjadi 2 jam.
“Fenomena digitalisasi di industri kesehatan membuat kami harus siap menghadapi perkembangan teknologi. RSPB telah dan akan terus melakukan peningkatan pada bidang layanan digital menuju smart hospital agar alur pelayanan dan perawatan pasien makin mudah diakses. Dan tentunya dengan harga yang sangat bersahabat, karena operasi dengan teknologi robotik sudah tersedia di RSPB, jadi tidak perlu ke Eropa atau Amerika lagi untuk melakukan operasi dengan teknologi ini,” jelas Martha.
Asrafi Rizki Gatam, dokter spesialis Ortopedi ahli spine menyampaikan “Robotic Navigation Spine Surgery atau Robot Assisted Spine Surgery adalah suatu tindakan pembedahan yang menggunakan teknologi lengan robot dalam melakukan operasi pada tulang belakang. Pada umumnya seorang dokter ortopedi melakukan pemasangan implant pada tulang belakang dengan cara ‘free hand’, cara ini mengandalkan pengetahuan anatomi tulang belakang dan dengan bantuan x-ray.
Dokter ortopedi yang melakukan tindakan tersebut harus menjaga stabilitas tangannya ketika melakukan pemasangan implant melalui koridor yang sangat sempit dekat dengan struktur-struktur penting seperti saraf dan pembuluh darah. Pemasangan implant dengan cara ‘free hand’ ini sebetulnya dapat dilakukan dengan aman, tetapi operasi tulang belakang dengan durasi yang cukup lama dapat menyebabkan seorang dokter kelelahan baik secara fisik maupun mental.”
“Robot yang digunakan pada operasi tulang belakang dapat melakukan pekerjaan berulang-ulang kali dengan ketahanan yang sangat tinggi tanpa mengurangi performa dan mengurangi risiko human error karena kelelahan sehingga akan meningkatkan hasil operasi pada pasien. Operasi dengan robot diawali dengan perencanaan pada mesin robot untuk menentukan arah dan posisi implant sehingga penempatan implant menjadi sangat-sangat akurat dengan tingkat akurasi 99 persen,” tutur Asrafi.
“Operasi kasus-kasus kompleks dengan perubahan struktur anatomi normal menjadi sangat mungkin dilakukan dengan menggunakan teknologi robot, contoh kasus yang sulit dilakukan tanpa robot antara lain adalah scoliosis berat, rheumatoid arthritis pada tulang leher, penyakit degenerative berat pada tulang belakang dan pergeseran tulang derajat 3-4. Selain akurasi, penggunaan robot juga dapat meminimalisir dosis radiasi baik pada pasien, dokter dan staf kamar operasi,” kata Asrafi menjelaskan. (timur/msb)