Dia merasa heran dengan kebijakan impor yang dilakukan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
Di samping bisa merusak harga petani, kebijakan itu juga dinilai bertentangan dengan program swasembada gula yang sejak lama dicanangkan pemerintah.
“Kalau impornya gula mentah untuk bahan baku sementara tak masalah, tapi masak dari dulu begitu, jangan-jangan benar perusahaan-perusahaan itu cuma main impor, tidak tanam tebu,” tukas Waryono.
Berangkat dari sengkarutnya tata kelola gula, pihaknya kemudian berkesimpulan bahwa harus ada pemimpin nasional yang punya nyali untuk mereformasi tata kelola gula.
Pemimpin yang dimaksud betul-betul serius menjalankan kebijakan program swasembada pangan, memihak dan mengutamakan kepentingan petani, serta berani memangkas ketergantungan terhadap impor.
“Kami yakin Pak Firli jawabannya, sudah terbukti di KPK,” pungkasnya. (bam/MSB)