IPOL.ID – Investor saham legendaris Lo Kheng Hong (LKH) menilai Indonesia tidak akan masuk dalam krisis ekonomi tahun depan. Indikasinya gampang: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum jatuh dan masih stabil.
“Saya yakin tahun depan tidak ada resesi. Soalnya kalau ada krisis bursa saham jatuh dulu. IHSG kita masih tinggi di 7000 –an,” ujar LKH saat berbagi ilmunya saat menjadi pembicara dalam acara Dies Natalis Pascasarjana UKI di Kampus UKI Jl Diponegoro Jakarta Kamis (10/11/22).
Dalam acara tersebut, LKH berbagi pengalaman sembari memberikan materi Kuliah Umum bertema “Warren Buffet Wisdom: Hadapi Krisis Ekonomi di Depan.” Dihadapan para mahasiswa, dan civitas akademi UKI, LKH menilai prediksi World Bank, IMF, ADB dan lembaga keuangan dunia lain terkait resesi ekonomi, khsususnya untuk Indonesia masih sangat jauh. “Lihat saja ketika resesi akibat pandemi covid 2020-2021, IHSG jatuh hingga 3900 an. Namun saat ini IHSG tidak jatuh. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa tidak akan ada resesi tahun depan,” ujarnya tegas.
Ekonomi RI, lanjut LKH, masih terbantu dengan ekspor komoditas yang menurutnya masih baik. Lantas, bagaimana seharusnya masyarakat menghadapi situasi dan kondisi ekonomi tahun depan yang diprediksi tidak baik-baik saja.
Merespon itu, Lo Kheng Hong berpendapat, masa depan adalah sebuah misteri. Jadi ia mengimbau agar semua harus bersiap siaga dan berjaga-jaga. Di antara langkah yang harus diambil adalah jangan menambah utang baru. “Kalau bisa lunasi atau kurangi utang-utang yang ada,” ujar Warren Buffet-nya Indonesia tersebut.
Hal lain yang harus dilakukan adalah jangan melakukan ekspansi bisnis yang terlalu agresif. Wait and see adalah istilah kerennya. “Kalau kita ragu-ragu, justru jangan lakukan pengembangan bisnis, artinya kan kita tidak yakin,” katanya.
Terkait bisnis dan investasi, Wakil Rektor UKI bidang Akademik dan Inovasi, Hulman Panjaitan mengatakan pada dasarnya tidak susah menjadi orang yang sejahtera. “Yang terpenting ada kemauan, perbanyak menggali ilmu dan langsung praktik. Jadi jangan teoritis saja,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Program Pascasarjana UKI, Bernadetha Nadeak dalam sambutannya mengatakan berterimakasih atas kehadiran LKH untuk memberikan wawasan di bidang saham. “Dosen, mahasiswa, semua dari kita bisa mengambil manfaat dari apa yang disampaikan Lo Keng Hong. Tujuannya agar kita bisa memahami dunia pasar modal. Ambil pengalaman beliau dan ikuti jejaknya. Dan jangan lupa untuk implementasikan ilmu, jangan hanya menjadi pengetahuan saja,” kata Bernadetha.
Peluang Saat Krisis
LKH lantas memberi tips dan pengalaman agar semua orang bisa bertahan bahkan menjadi kaya dengan cara mudah. Menurutnya menjadi kaya itu gampang. “Asalkan diimplementasikan dan banyak membaca,” ujarnya.
Instrumentasi saham, lanjut LKH, masih menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Apalagi apabila memang benar terjadi krisis ekonomi, maka hal tersebut justru adalah saat yang tepat untuk menangguk untung di dunia saham. “Pilih perusahaan yang bagus di saat valuasi nya wajar atau murah. Nah kondisi seperti itu biasanya terjadi saat terjadi krisis. Karenanya krisis sebenarnya adalah peluang,” ujar LKH menjawab pertanyaan ipol.id.
Legenda investor saham tersebut menyarankan agar kita banyak membaca laporan keuangan perusahaan emiten yang memang kita ketahui benar bisnisnya. “Cari perusahaan besar yang keuntungannya di atas Rp10 triliun. Terus bertumbuh dan berkembang. Baca laporan keuangan minimal lima tahun terakhir,” demikian ia memberi tips.
Selain itu, belajar dari guru investor saham dunia Warren Buffet, LKH mengatakan untuk masuk dan membeli saham itu haruslah sabar, disiplin dan perbanyak literasi. “Takutlah ketika orang lain serakah dalam memberli sebuah saham, Sebaliknya beranilah ketika orang lain takut,” ujar LKH.
Terakhir ia mengingatkan, masyarakat agar tidak mudah tergoda oleh ajakan para influencer, atau analis saham atau akademisi sekalipun. “Istilahnya kita jangan jadi korban pom-pom saham,abaikan saja. Percaya dengan analisis fundamental yang kita analisis sendiri,” demikian ujar LKH. (timur arif)