Adrian mencontohkan lahirnya industri fintech lending yang didorong tingginya credit gap di Indonesia, yakni mencapai Rp 1.650 triliun per 2018, khususnya di kalangan masyarakat unbanked dan underserved.
Kehadiran fintech lending diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dari masalah ini.
“Industri fintech lending terbukti dapat memberikan kemudahan layanan finansial di tengah masih banyaknya masyarakat Indonesia masih masuk ke dalam kategori unbanked. Hingga September 2022 saja, Industri ini berhasil mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp455 triliun yang disalurkan oleh 960.396 pemberi pinjaman atau lender kepada 90,21 juta penerima pinjaman atau borrower. Ini adalah bukti nyata kontribusi fintech lending dalam memeratakan inklusi keuangan di Indonesia,” katanya.
Menutup konferensi pers, Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir menyampaikan, “Terima kasih untuk mitra kami yang sigap dan saling bahu-membahu untuk kesuksesan 4th IFS 2022. Kami juga mengundang masyarakat luas, melalui IFS maupun BFN, untuk #MajuBersamaFintech.” (Sol)