Dia mau membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan menjadi loper koran dan berjualan klepon.
Ada cerita menarik. Pada suatu pagi Dudung mengantar kue tampah di lingkungan dalam Markas Kodam III/Siliwangi.
“Semua tamtama di pos penjagaan telah mengenalnya dengan baik. Maka ia terbiasa menjunjung tampah penuh kue melewati pos jaga, hanya diiringi suara permisi dan kepala mengangguk. Sayang hari itu ada seorang tamtama baru selesai pendidikan yang berjaga di pos jaga,” tulis dalam memoar itu.
“Kamu kok tidak izin masuk,” kata tamtama itu.
Sebelum Dudung sempat menjawab, tamtama itu menyenggol keras tampah yang penuh klepon itu. Tampah pun tumpah, klepon menggelinding kemana-mana, kotor dan tidak bisa dijual.
Dalam kejengkelan hatinya, sambil berjongkok memunguti klepon, dia bertekad akan menjadi perwira tetapi tidak akan semena-mena kepada rakyat seperti tamtama itu.
Dudung, anak nomor enam dari delapan bersaudara itu lalu masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) di Magelang tahun 1985 dan lulus tepat waktu.