Yang paling penting, kata Haedar, memaknai lepasnya tahun lama dan hadirnya tahun baru. Kenapa harus memaknai? Dia menjelaskan, orang ‘merayakan’ tidak apa-apa sejauh itu untuk syiar.
Tetapi yang menjadi keliru itu kalau merayakan hari datangnya tahun baru dan lepasnya tahun lama secara berlebihan. Atau hanya lahiriyah semata-mata apalagi yang bersifat mubazir baik waktu, uang, kesempatan dan lainnya.
“Supaya kita tidak berlebihan dan punya arti syiar boleh, gembira boleh. Masak sih manusia tidak boleh gembira? boleh, kalau yang tidak boleh gembira itu hanya patung dan polisi tidur. Manusia berhak untuk gembira, bahagia, ada suasana lahir dalam hidup itu. Misal, bertemu teman gitu kan senang,” kata Haedar.
“Tetapi bagi kita kaum muslim ada batas-batas dan ada makna-makna yang harus kita pedomani dan kita maknai dalam melepas tahun lama dan lahirnya tahun baru,” pungkasnya. (ahmad)