IPOL.ID – Bila anda ke Riau silakan mampir ke Kabupaten Bengkalis. Di sini kita bisa berwisata ke situs budaya Makam Dara Sembilan. Ke-sembilan perempuan tersebut dikatakan meninggal di dalam bungker perlindungan dan terkunci dari luar untuk melindungi dari serbuan penjajah Portugis.
Makam ini terletak di Kelurahan Senggoroh Kecamatan Bengkalis, di jalan Panglima Minal. Untuk menuju makam ini harus berjalan kaki melewati jalan setapak di kebun penduduk dan semak belukar. Dari jalan raya makam tersebut berjarak sekitar 200 m, dan letaknya di tengah perkebunan dan ladang penduduk.
Lingkungan makam belum diberi pagar, sebagai pembeda hanyalah bagian makam sudah lebih bersih daripada lingkungan di sekitarnya. Penampakan makam tidak begitu terlihat karena di situ hanyalah terdapat gundukan tanah (munggu) ukuran 7 x 12 m, orientasi bagian panjangnya membujur Timur-Barat. Di atas munggu setinggi 0,6 m tersebut terdapat serakan bata di sana sini, tidak berpola (acak). Ukuran bata yang bisa dikenali hanyalah tebal 5 cm, lebar 12 cm, panjangnya tidak diketahui karena sudah patah dan tidak ditemukan yang utuh.
Bahan bata dari tanah lempung warna merah dan abu-abu. Sebaran bata diduga terdapat di seluruh bagian munggu, namun yang terlihat sekarang baru separuhnya. Di atas munggu ini juga tumbuh pohon tanaman keras seperti rambutan dan jengkol, serta semak-semak. Di Makam Puteri Sembilan tidak ada nisan maupun tanda-tanda lain yang dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan periodisasinya. Sebaran bata yang ditemukan bentuknya polos tanpa motif dan ukurannya sama dengan bata-bata sekarang. Menurut informasi penduduk (Dedi dan Ajai), tinggalan di situ sebenarnya bukan makam, tetapi semacam bungker perlindungan bawah tanah.
Melawan Penjajah Portugis
Menurut sejarah, sekitar tahun 1512, Bengkalis sudah ada bahkan dikaitkan dengan zaman prasejarah.
Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia dan memiliki tatanan pemerintahan, namun masih dalam bentuk perbatinan, salah satunya Batin Senggoroh di Senggoroh. Perbatinan Senggoroh kala itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan, lokasinya terletak tidak jauh dari lokasi makam dan diberi nama Parit Rentang.
Kala itu, Perbatinan Senggoro dipimpin oleh Batin Hitam, memiliki prajurit pilihan, terlatih dan berani mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan wilayahnya. Salah satu strategi yang dilakukan Batin Hitam mempertahankan daerahnya, dibangunnya benteng yang diberi nama Benteng Batin Hitam.
Dahulunya benteng ini dilengkapi dengan meriam-meriam, yang selalu siap ditembakkan terhadap lanun yang mengganggu ketentraman kampung Bengkalis.
Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan benteng khusus, tempat persembunyian untuk melindungi para dara jelita kampung Bengkalis dari serangan lanun / bajak laut yang suka menculik gadis cantik tersebut. Batin Hitam membangun benteng tersebut, letaknya kurang lebih 75 meter dari benteng Batin Hitam, yang dikenal dengan Makam Dara Sembilan.
Kematian Dara Sembilan itu bermula, ketika terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis dan lanun. Sembilan anak dara disembunyikan dalam benteng, kunci rahasianya berada di bagian luar. Sedangkan, juru kuncinya ikut melakukan peperangan.
Ada yang bilang kunci itu dipegang oleh orangtua (bapak) si puteri yang ketika itu pergi perang melawan Portugis, dan mengunci pintu bungker tersebut dari luar. Sayangnya orangtuanya gugur di medan laga, dan tak pernah kembali.
Akibat serangan dahsyat antara Portugis dan lanun, benteng itu roboh menutupi tempat kunci rahasia. Menyebabkan dara terkubur dan meninggal. Adapun sembilan dara yang meninggal dalam benteng diatas adalah, Mayang Sari, Cempaka, Aisyah, Rubaiyah, Samsidar, Zainun, Kamariah, Siti Hawa dan Zubaidah.
Sumber lain mengatakan, yang memegang kunci benteng Batin Hitam adalah ayah dari sembilan dara. Ada juga yang mengatakan, kesembilan dara tersebut bukan kakak beradik melainkan dara-dara pada masa itu.
Akibatnya, anak gadisnya yang tinggal di dalam bungker bersama delapan wanita lainnya tidak dapat keluar, dan diduga sudah meninggal. Hal ini disebabkan sudah berbulan-bulan ditinggal pergi dan tidak ada yang membuka bungkernya.
Penduduk mengkeramatkan tempat itu dan menyebutnya sebagai makam Dara Sembilan karena jumlah wanita yang meninggal di dalamnya berjumlah sembilan orang. Bila dilihat dari tinggalan munggu yang ada, sepintas bentuknya mengingatkan pada benteng perlindungan (lubang jepang) yang ada di Sumatera Barat, namun hal itu perlu pembuktian dengan mengadakan ekskavasi di tempat itu serta test pit di sekitar lokasi.
Sumber sejarah lain juga menyebutkan, pada masa itu, Makam Dara Sembilan dijaga oleh seekor ular weling. Setiap bulan akan diberi sesajen, sebagai bentuk penghormatan.
Makam ini dipercaya mempunyai kekuatan gaib, sehingga orang yang datang berziarah dilarang berkata kotor, meludah di dalam area makam, dilarang memakai alas kaki. Kemudian bagi perempuan yang datang bulan juga dilarang masuk. (timur)