IPOL.ID – Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, sedianya tidak lagi becek dan bau. Karena pasar induk tersebut bakal segera direvitalisasi. Pengerjaan penyangga utama kebutuhan pokok warga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) itu, diperkirakan akan memakan waktu hingga 18 bulan.
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Tri Prasetyo menuturkan, Pasar Jaya tetap berkomitmen untuk menunjang pergerakan roda perekonomian di DKI Jakarta. Terlebih, Pasar Induk Kramat Jati ini menjadi penyangga utama kebutuhan pokok warga di Jabodetabek.
“Salah satu yang akan direvitalisasi adalah pasar buah. Buah ini menjadi bagian penting untuk menunjang kecukupan gizi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Semoga revitalisasi ini menjadi amal jariyah dan legacy kita semua,” kata Tri Prasetyo dalam kegiatan Tasyakuran Revitalisasi dan Perpanjangan Hak Pemakaian Tempat Usaha Pasar Induk Kramat Jati Khusus Bangunan U-Shape Blok A-H, Kamis (1/12).
Revitalisasi Pasar Kramat Jati ini, lanjutnya, melibatkan pihak swasta, yaitu PT RKM dengan skema kerja sama bisnis to bisnis. Setidaknya, sambung Tri, ada ribuan tempat usaha (TU) yang akan direvitalisasi.
“Total akan ada 2.188 TU yang akan direvitalisasi. Selama revitalisasi, pedagang akan kita tempatkan pada lokasi sementara di sekitar pasar. Rencananya, revitalisasi Pasar Kramat Jati ini akan selesai sekitar 18 bulan,” ujar Tri pada wartawan.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD), Fitria Rahadiani mengatakan, revitalisasi Pasar Kramat Jati merupakan tindak lanjut arahan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta agar setiap pasar tradisional dipercantik dan bersih. Ke depan, akan ada beberapa pasar tradisional yang akan direvitalisasi oleh Pasar Jaya.
“Saya tadi memberikan tiga arahan dalam revitalisasi pasar ini. Yaitu, pasar yang bersih, tidak becek dan tidak bau. Kriteria teknisnya seperti apa, nanti yang mengimplementasikan teman-teman Pasar Jaya,” tutur Fitria di Pasar Induk Kramat Jati.
Revitalisasi ini diharapkan bisa menarik warga Jakarta lebih mencintai berbelanja di pasar tradisional. “Yang ini tidak pakai Penanaman Modal Daerah (PMD), ini menggunakan skema kerjasama dengan investor. Kita berharap, layanan pasar ke depan jauh lebih baik, apalagi ini pasar induk,” pungkasnya. (Joesvicar Iqbal)