IPOL.ID – Pemain sepak bola memiliki risiko masalah kesehatan otak yang lebih tinggi setelah usia 65 tahun dibandingkan orang-orang pada umumnya. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Jumat ini (9/11) di Inggris.
Studi SCORES, yang dipimpin oleh para peneliti dari University of East Anglia (timur Inggris), menggunkaan tes yang dilakukan melalui internet untuk menilai fungsi kognitif dan memantau evolusi otak dari jarak jauh.
Sekitar 145 mantan pemain sepak bola profesional berpartisipasi dalam studi tersebut. Lima puluh lima dari mereka berusia di atas 65 tahun.
Menurut kesimpulan penelitian, mantan pemain sepak bola berusia antara 40 dan 50 tahun memiliki hasil yang lebih baik daripada populasi yang berusia sama, tetapi trennya berbalik seiring bertambahnya usia.
“Sekitar usia 65 tahun hal-hal mulai menurun,” kata Dr. Michael Grey, yang memimpin studi SCORES dilansir AFP.
“Pemain sepak bola di atas 65 memiliki hasil terburuk di bidang seperti waktu reaksi, fungsi eksekutif (yang terutama memungkinkan pengelolaan dan pengendalian situasi non-rutin atau melakukan beberapa tindakan pada saat yang sama, ndlr) atau spasialisasi. Mereka jelas merupakan tanda pendahulu penurunan kesehatan otak,” tambahnya.
Studi baru ini sejalan dengan kesimpulan penyelidikan yang dilakukan oleh University of Glasgow yang mengungkapkan bahwa mantan pesepakbola berisiko tiga setengah kali lebih besar meninggal akibat penyakit neurodegeneratif seperti demensia atau penyakit Parkinson dibandingkan populasi umum.
Penelitian jenis ini telah memupuk kesadaran akan dampak praktik olahraga terhadap kesehatan otak dan mendorong seruan untuk perlindungan yang lebih baik bagi pemain sepak bola.
Studi SCORES akan berlanjut di tahun-tahun mendatang, dan akan bertambah luas dengan sampel yang lebih besar.
Itu akan memberi kita gambaran yang sangat jelas tentang potensi kerusakan yang disebabkan oleh menyundul bola, jelas Dr Grey. Ini juga akan mencoba untuk mengumpulkan data tentang pemain sepak bola.
Keluarga Nobby Stiles, juara sepak bola dunia pada tahun 1966 bersama Inggris dan yang meninggal pada tahun 2020 karena menderita demensia, mengumumkan bulan lalu bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk menuntut Federasi Inggris (FA), menuduhnya tidak cukup melindungi pemain dari risiko cedera otak.
Olahraga lain mempertanyakan konsekuensinya dalam hal kesehatan, seperti tinju, tetapi juga, baru-baru ini, rugby. (ulum)