IPOL.ID – Ekonom Ahli Grup Perumusan & Implementasi, Kebijakan Ekonomi Keuangan Daerah (KEKDA) BI Jakarta, Muhamad Shiroth mengungkapkan tiga cara yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi di Jakarta.
Cara ini dilakukan untuk merespon bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi baik secara internal, seperti tingkat inflasi kembali ke sasaran 3±1% serta defisit fiskal lebih rendah dari 3% PDB.
“Koordinasi dan sinergi bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka pengendalian inflasi, mendorong pemulihan ekonomi, serta digitalisasi dan keuangan inklusif,” ujar Shiroth dalam Diskusi Publik dan Pers yang digelar IPOL.ID di Tamarin Hotel Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Dalam mempercepat pemulihan ekonomi misalnya, Shiroth menyebutkan Pemprov DKI Jakarta terus mendorong peningkatan investasi melalui Jakarta Investment Forum dan promosi proyek-proyek potensial di luar negeri yang bekerja sama dengan kedutaan besar negara sahabat.
“Salah satunya yang saya ikuti tahun lalu adalah promosi terkait proyek Transit Oriented Development (TOD) bersama PT MRT Jakarta yang mendapat sambutan positif dari pengusaha-pengusaha di Jepang. Ini juga tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI dan Kementerian Perhubungan,” kata Shiroth.
Meski bukan daerah produsen, tegasnya, Jakarta mampu menjaga inflasi dengan baik. Bahkan, kontribusi Jakarta untuk komposisi share inflasi nasional mencapai 25 persen. Inflas DKI Jakarta pada bulan Desember 2022 cukup baik, hanya sebesar 0,55% (mtm). Sehingga, kata Shiroth, tingkat inflasi di Jakarta keseluruhan tahun 2022 tercatat sebesar 4,21% (yoy).
“Ini meningkat dibandingkan inflasi pada tahun sebelumnya. Hal ini terjadi terutama didorong oleh kenaikan harga BBM. Meskipun demikian, inflasi tersebut masih relatif terkendali dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (5,51%, yoy) maupun inflasi provinsi lainnya di Pulau Jawa,” katanya.
Dalam diskusi yang bertemakan “Resiliensi Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi Global” itu, hadir juga narasumber lain, yakni Staf Ahli bid Pembangunan Daerah pada Kemenko Perekonomian Ferry Irawan; Ekonom Ahli Grup Perumusan & Implementasi , Kebijakan Ekonomi Keuangan Daerah (KEKDA) pada Kantor Wilayah BI Provinsi DKI Jakarta Muhamad Shiroth, dan Pemerhati ekonomi dari Center of Macroeconomic and Finance INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), M Rizal Taufikurahman.
Direktur IPOL.ID, M Solihin mengatakan, resiliensi ekonomi dan optimisme serta kewaspadaan tersebut perlu digaungkan agar masyarakat bisa lebih paham dan mampu mengambil langkah-langkah antisipasi.
Menurutnya, penting peran pers sebagai penguat amplifier kebijakan yang akan dikeluarkan baik oleh pemerintah, lembaga dan LSM agar perekonomian Indonesia bisa bertahan, pulih dan bahkan bangkit dari situasi yang serba belum pasti ini. (Peri)