IPOL.ID – Aksi demonstrasi di depan kantor tim Arema FC berakhir ricuh. Untuk itu, manajemen Singo Edan -julukan Arema FC- siap membubarkan diri demi suasana kondusif di Malang.
Pertimbangan itu disampaikan Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia atau AABBI, Tatang Dwi Arfianto, merespons kondusifitas di Malang sekarang ini. Terlebih mereka sudah tempuh semua jalan dan dihadapi klub pascatragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 fansnya.
“Setelah tragedi Kanjuruhan sudah kami lakukan upaya. Daru membuka crisis center guna membantu penanganan korban, menghadapi proses dan gugatan hukum baik pidana atau perdata, dan menjaga eksistensi klub supaya tetap bisa menjalani kompetisi dengan berbagai sanksi dan denda dari federasi,” ungkap Tatang, Senin (30/1).
Mereka juga memberikan layanan trauma healing kepada keluarga korban. Manajemen memahami suasana duka berkelanjutan di Malang pascatragedi Kanjuruhan. Meski begitu, AABBI akan terus berupaya menormalkan keadaan yang saat ini tak normal.
Pilihan pembubaran Arema FC disebut Tatang berdasarkan kondusifitas Malang. Ditambah penilaian manajemen belum memenuhi kemauan banyak pihak, bahkan Aremania dan masyarakat sendiri,
“Kami jelas merespon insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya kayak apa,” tambahnya.
Dia menegaskan, sebelumnya manajemen memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepak bola, utamanya Arema FC seperti UMKM, pedagang kaki lima, sampai usaha kecil lainnya. “Hanya kalau dinilai Arema FC dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa, tapi kami tetap menyerahkan keputusannya kepada banyak pihak,” pungkasnya. (ahmad)