“Dari kejauhan, tampak fez merah sang konsul Turki laksana titik api yang menyala-nyala… (Als een vurig lichtend puntje vertoonde zich de rode fez van de Turkse consul in de verte en schitterend…)”.
Maka tak heran, ketika Mustafa Kemal Ataturk berusaha menghapus segala keterikatan masyarakat Turki dengan peradaban Islam, maka fez adalah salah satu atribut yang dilarang penggunaannya.
Pelarangan fez menyebabkan kita tak akan pernah melihat orang-orang Turki mengenakan atribut tersebut.
Upaya pemutusan generasi dari jejak peradaban Islam tersebut, tentu mengingatkan kita pada peristiwa besar yang terjadi di Andalusia, bumi kaum muslimin yang juga meliputi Spanyol dan Portugal saat ini. Negara-negara yang berada di Semenanjung Iberia itu, terhubung dengan muslim Berber di Maroko sebagai saudara seimannya. Bagaimana bisa?
Ketika kesatuan politik Andalusia pecah ke dalam berbagai negara yang saling bersaing hingga terjadi perang saudara, maka dimulailah periode Ta’ifa.
Hal ini justru menjadi penghubung antara kaum muslimin di Andalusia dengan saudara sesama muslim terdekatnya di Maroko, Afrika Utara.