Oleh: Bagong Suyoto
Ketua Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup dan Persampahan Indonesia (YPLHPI)
IPOL.ID – Selama lebih 30 tahun saya mendamping komunitas-komunitas akar rumput, terutama yang dianggap miskin, seperti pemulung, buruh sortir sampah, pengepul sampah (kecil), penjual genteng dan material bekas bongkaran bangunan, percetakan/sablon skala kecil, pedagang kaki lima, pedagang keliling, pembuatan keripik singkong atau pisang di kampung, dll di Kawasan sekitar pembuangan sampah.
Saya mengombinasikan pendekatan advokasi dan income generating. Karena tidak mungkin orang miskin, tidak bisa makan kalau tidak bekerja sehari, dua hari hanya diberi ceramah, didoktrinasi atau diberi ajaran-ajaran pembangkangan. Perut mereka harus diisi nasi agar otaknya bisa berpikir jernih.
Dari hasil pendampingan dan fasilitasi tersebut ada beberapa yang sukses. Salah satunya, pada tahun 2000-an ia (tidak disebut namanya) adalah tukang sortir sampah ketika saya memulai usaha pencacahan plastik di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Sebelum jadi tukang sortir sampah, dulunya ia bekerja sebagai pemulung.
Ia merupakan pekerja ulet, tak banyak bicara dan setiap minggu menimbang paling banyak. Ketika itu upah borongan sortir Rp200/kg. Anak itu hidupnya hemat. Dan, hebatnya uang hasil kerja digunakan menyekolahkan adik-adiknya, membantu orang tua serta dalam mencukupi nafkah sehari-hari.
Kerja di tempat saya sekitar tiga tahun, kemudian pindah ke teman yang punya usaha penggilang plastik. Semangat kerjanya semakin kuat. Singkatnya, dalam perjalanan waktu, saya hampir lima atau enam tahun tidak ketemu anak itu. Suatu ketika, saya ketemu dia di tempat seorang pelapak di pinggiran TPST Bantargebang. Saya ngobrol sekitar bisnis mikro persampahan. Ia bilang sekarang sudah jadi pengepul sampah. Punya pickup sendiri, rumah permanen dan punya dua anak. Adik-adiknya yang disekolahkannya lulus sampai tingkat SLTA dan sekarang sudah bekerja di perusahaan.
Kerja keras, ketekunan, tidak banyak bicara, tidak banyak mengeluh, dan suka membantu orang tua dan saudara kandung yang membutuhkan ternyata memberikan berkah. Semua itu akan memetik hasilnya. Percaya pada proses dan ujian-ujian hidup.
Saya sangat senang ketika melihat orang-orang yang saya damping, hidupnya berhasil. Saya selalu mendukung dan memfasilitasi orang-orang yang berjiwa ingin berusaha mandiri dan berani mengambil resiko dalam mencari nafkah. Karena mereka berani mengambil keputusan cepat, yang kadang-kadang tak mampu memikulnya.
Upaya mencari nafkah tersebut bisa melalui usaha mikro dengan modal kecil, teknologi dan infrastruktur sederhana. Bisa dilakukan siapa saja! Misalnya membuat kripik singkong, kripik pisang, kripik talas, jualan bakso, mie ayam, sablon, dlan lain-lain.
Bisa juga bergerak di sektor persampahan dalam ikut serta memprosikan circular economy. Contoh sebagai pengepul sampah, seperti mengumpulkan sampah kemasan minyak goreng, diterjen, PET botol air mineral, PP gelas air mineral, ember, naso, PK, LD, nileks, busa, dan lain-lain.
Bisa juga membuka warung yang menjual produk-produk plastik kemasan ramah lingkungan atau bioplastic. Karena sekarang ini dunia dan semakin banyak orang yang suka kemasan bioplastic. Bahkan, pemerintah mendorong penggunaan bioplastic, yang biodegradable dan compostable. Intinya, mudah terurai secara alama. Tidak menggunakan plastik sekali pakai (single-use plastic).
Cuma memang sering terbentur permodalan, bahasa sempitnya uang. Untuk mendapatkan uang bisa pinjam ke saudara, teman atau siapa saja, bisa juga pinjam ke lembaga keuangan, bisa minta bantuan atau donasi kepada orang kaya. Ada yang suka bikin proposal minta bantuan dana/keungan.
Minta bantuan ketika masih lemah, kecil atau memang sangat membutuhkan tidak masalah. Sebab didalam harta orang kaya itu ada hak orang miskin. Dan, mestinya negara membantu memfasilitasi orang-orang kecil dan miskin yang ingin berusaha. Masalahnya, kegiatan mereka ini kategorial sektor informal. Seringkali agak susah mendapat pinjaman dari lembaga keuangan.
Bantuan dana/uang yang diperoleh harus dijadikan modal usaha, bisa jadi wirausaha murni atau social entrepreneur. Pengertian social entrepreneur adalah seseorang yang menggunakan kemampuan emtrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Atau bidang lain yang bisa membawa perubahan dan kemajuan.
Janganlah membiasakan diri selalu meminta. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawa. Orang yang mencari nafkah dengan cucuran keringat mendapatkan rezeki yang lebih mulia. Dan pekerjaan mulia, salah satunya berdagang, berwirausaha meskipun kecil dengan lebel UMKM.
Sekarang saya sedang mendampingi pemuda dan kaum perempuan dalam menggerakan UMKM Pelangi Agung Centre Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang. UMKM tersebut menyediakan barang dan jasa: Snack/makanan ringan; Percetakan/sablon; Alat tulis kantor/sekolah; Berbagai kemasan plastik ramah lingkungan (green plastic); Kerajinan dari material bekas/sampah plastik (promosi 4R: reduce, reuse, recycle, return to earth).
Aktivitas tersebut bagian upaya menumbuhkan social entrepreneur. Dimana ke depan akan diarahkan pada produk-produk ramah lingkungan. Berwirausaha sembari menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan. (Peri)