Sehingga semua mengerti dan menyadari adanya subtansi petisi itu dan dapat dicarikan solusi terbaik. “Kita sama-sama tahu bahwa suatu entitas atau badan hukum ada yang bergerak dan menghasilkan jasa atau bergerak dalam bidang yang menghasilkan produk barang,” tukasnya.
Semua, katanya, memerlukan ruang berupa jalan untuk mobilitas orang maupun barang. Semua ini juga akan berdampak kepada masalah-masalah lalu lintas terutama masalah kemacetan.
Menurutnya, problem kemacetan sangat komplek dari mulai pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan pertambahan panjang jalan disiplin pengguna jalan yang kurang, infrastruktur perlengkapan jalan yang digunakan tidak pada peruntukannya. Misalnya, trotoar untuk kaki lima, asongan, pangkalan ojek, dan lain sebagainya.
Budiyanto mengatakan, sekali lagi bahwa adanya petisi untuk mengembalikan metode kerja WFH karena kerja di kantor/pabrik/WFO tidak produktif karena macet. Tetap perlu kajian yang mendalam.
“Semangatnya sebenarnya sama apabila kita berbicara masalah transportasi bukan sekadar berbicara bergeseran orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan sarana transportasi. Namun memiliki dimensi lebih luas karena berkaitan dengan urat nadi kehidupan sehingga perlu didorong pada kegiatan produktif. Kita tidak boleh berpikir parsial dengan seakan-akan menyalahkan kemacetan,” paparnya.