IPOL.ID – Seorang siswi kelas dua SD di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengaku jadi korban dugaan penculikan saat hendak mengikuti pelajaran olahraga.
Berdasar rekaman video pengakuan korban yang beredar di media sosial, siswi tersebut mengatakan sempat dipaksa seorang perempuan untuk masuk ke mobil berwarna merah.
“Lagi ingin olahraga ke lapangan. Lagi sendiri tapi di belakang ada dikit orang. (pas keluar gerbang) Dipegang tangannya terus (bilang) ikut tante yuk dek,” ucap korban sebagaimana dalam video.
Kala itu korban sempat menolak ajakan, namun genggaman tangan pelaku terhadap justru semakin kencang sehingga korban melawan dan menendang tubuh pelaku.
Pelaku baru melarikan diri setelah korban berteriak meminta tolong kepada temannya yang juga sedang berjalan menuju lapangan olahraga untuk memanggil seorang guru.
“Aku tendang, aku panggil A (teman korban) suruh panggil pak Haryono (guru) akhirnya dia (pelaku) lepas (genggaman) tangan, pergi. Mobil merah (ada) tiga cewek, tiga laki,” ucap korban.
Kepala Sekolah tempat korban, Galih Sri Embun Handayani mengatakan, kejadian sebegaimana dalam video yang diceritakan anak didiknya terjadi pada Kamis (26/1).
Kejadian bermula ketika anak didiknya hendak berolahraga menggunakan lapangan yang ada di luar gedung sekolah dan korban berjalan bersama siswi lain melalui pintu belakang.
“Saat dia keluar gerbang dia melihat ibu-ibu keluar dari mobil, dia lihat di situ ada tiga laki-laki dan tiga perempuan lalu ibu itu pegang tangan,” ujar Handayani di Jakarta Timur, Minggu (5/2).
Merujuk informasi diberikan korban ke pihak sekolah, total ada enam pelaku dalam mobil berwarna merah tersebut. Di antaranya terdapat tiga perempuan dan tiga laki-laki dewasa.
Korban dapat lepas dari cengkeraman tangan pelaku setelah menendang pelaku dan meminta bantuan kepada siswi lain agar memanggil seorang guru sekolah ke lokasi.
“Menendang tangan ibu itu, karena sebelumnya sudah dipesankan bapaknya siapapun yang melakukan pemaksaan kamu harus tendang. Kejadiannya sudah di luar gerbang,” ungkapnya.
Handayani menjelaskan, berdasar keterangan siswa lainnya, pada hari kejadian diduga ada percobaan penculikan komplotan menggunakan mobil berwarna merah di lingkungan sekolah.
Bedanya pada kasus dialami anak didik lainnya yang duduk di kelas IV SD korban hanya mengaku dibuntuti, tidak sampai diajak masuk sebegaimana kasus dialami siswi kelas II.
“Tapi jamnya tidak sama, dan anak kelas empat itu hanya diikuti, mobil merah isinya enam orang tiga laki-laki, tiga perempuan,” tambahnya.
Ayah korban berinisial LI mengatakan, saat mendapat kabar bahwa putrinya diduga menjadi korban penculikan dia dan istri bergegas langsung menjemput korban di sekolah.
Pada 27 Januari 2023 lalu pihak sekolah dan orang tua murid lalu mengadakan rapat bersama, hasilnya sepakat menutup gerbang sekolah untuk mencegah terjadinya kasus serupa.
“Paling tidak ada pengawasan karena posisi di belakang lebih sepi. Paling nanti pihak kepolisian ingin lebih memperketat wilayah sana. Ke depan semoga lebih diperhatikan lagi,” tegas LI.
Atas kasus dugaan percobaan terjadi jajaran Unit Reskrim Polsek Duren Sawit sudah datang melakukan jemput bola menemui pihak sekolah dan orang tua untuk memastikan kejadian itu.
Pada wartawan, Kapolsek Duren Sawit, Kompol Martson Marbun mengatakan, pihaknya kini sedang berupaya mencari informasi di sekitar lokasi kejadian dan saksi-saksi guna memastikan kejadian.
“Kita sudah melakukan olah TKP, tindak lanjut mencari saksi-saksi dan koordinasi dengan pihak terkait,” tutup Marbun. (Joesvicar Iqbal)