Handayani menjelaskan, berdasar keterangan siswa lainnya, pada hari kejadian diduga ada percobaan penculikan komplotan menggunakan mobil berwarna merah di lingkungan sekolah.
Bedanya pada kasus dialami anak didik lainnya yang duduk di kelas IV SD korban hanya mengaku dibuntuti, tidak sampai diajak masuk sebegaimana kasus dialami siswi kelas II.
“Tapi jamnya tidak sama, dan anak kelas empat itu hanya diikuti, mobil merah isinya enam orang tiga laki-laki, tiga perempuan,” tambahnya.
Ayah korban berinisial LI mengatakan, saat mendapat kabar bahwa putrinya diduga menjadi korban penculikan dia dan istri bergegas langsung menjemput korban di sekolah.
Pada 27 Januari 2023 lalu pihak sekolah dan orang tua murid lalu mengadakan rapat bersama, hasilnya sepakat menutup gerbang sekolah untuk mencegah terjadinya kasus serupa.
“Paling tidak ada pengawasan karena posisi di belakang lebih sepi. Paling nanti pihak kepolisian ingin lebih memperketat wilayah sana. Ke depan semoga lebih diperhatikan lagi,” tegas LI.