IPOL.ID – Hari ketiga perjalanan Safari Sastra Yudhistira, “Senandung Cinta Pantura”, di Provinsi Jawa Tengah, berlanjut ke Kabupaten Pati.
Penyair Yudhistira ANM Massardi beserta rombongan menyambangi Kampus STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Syekh Jangkung di Kecamatan Kayen, Jumat (17/2).
Seperti di dua tempat sebelumnya, Yudhistira membawa rombongan yang terdiri dari aktris-rocker Renny Djajoesman, sastrawan Wita Yudarwita, pendidik Siska Massardi, dan trio musik Gayatri (Eki Naufal Fauzi, Moch Rheva. Nadzar Tohary).
Sebelum membacakan puisi-puisinya, kepada puluhan hadirin yang memenuhi salah satu ruang kuliah di kampus yang terletak jauh di pelosok itu, Yudhistira menjelaskan misinya melakukan safari ini. “Saya punya maksud mengompori nyali literasi kalangan kampus, anak-anak sekolah, para dosen dan guru, ” katanya.
Yudhistira mengaku prihatin dengan kondisi kita saat ini. “Bangsa kita dikenal malas menulis dan membaca. Tapi ironisnya di media sosial kita justru dikenal sebagai bangsa yang paling cerewet di dunia. Apa-apa dikomentari. Termasuk hal-hal yang tidak dipahami,” katanya.
Yudhis bersyukur perjalanan safarinya untuk mengompori semangat literasi, terlaksana berkat dukungan sejumlah sponsor. Yaitu Bank Jateng sebagai sponsor utama, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, serta Djarum Foundation Bakti Budaya.
“Terima kasih kepada Bapak Direktur Jenderal Kebudayaan Bapak Hilmar Farid, Direktur Utama Bank Jateng Bapak Nano Supriyatno, dan Ibu Renitasari dari Djarum Foundation, yang telah mengongkosi safari ini,” kata Yudhistira.
Ketua STAI Sykeh Jangkung, Edy Supratno, mengaku bangga dengan kunjungan rombongan Safari Sastra Yudhistira Senandung Cinta Pantura ini. “Kampus kami adalah kampus kecil. Terletak jauh di pelosok desa. Sungguh kehormatan bagi kami menerima kunjungan penyair besar sekelas Yudhistira Massardi dan penyanyi kawakan Renny Djajoesman,” kata Edy.
Edy berharap, seperti halnya Yudhistira Massardi yang punya nama besar di dunia sastra, STAI Syekh Jangkung juga akan menjadi besar dan memberi kontribusi bagi pengentasan bidang pendidikan di Jawa Tengah.
Selain dihadiri mahasiswa dan dosen di lingkungan STAI Syekh Jangkung, safari Yudhis di hari ketiga ini juga dihadiri anak-anak sekolah dan tokoh masyarakat setempat. Satu ruang kuliah yang diberi kain hitam di indingnya didekorasi menjadi panggung perrtunjukan.
Dibuka dengan basmalah dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara kemudian berlanjut dengan pembacaan dan musikalisasi puisi.
Trio Gayatri (Eki Naufal Fauzi, Moch Rheva. Nazar Tohary) tampil giliran pertama. Tiga anak muda asal Tasikmalaya itu menggubah dua puisi Yudhis berjudul “Lagu Awan” dan “Sajak Purnama”.
Di segmen kedua penampilannya, Trio Gayatri membawakan dua lagu yang dipopulerkan penyanyi balada Franky & Jane dan syairnya dibuat oleh Yudhistira ANM Massardi: “Hari Ini Telah Terbaca” dan “Kepada Angin dan Burung”.
Lalu Yudhistira membagi sekelumit kisah yang membuat dirinya memilih jalan hidup sebagai penyair.
Yudhis bercerita, saat masih sekolah dasar dia kebetulan memiliki guru Bahasa Indonesia yang sangat pandai mengajar. “Beliau bisa membuat saya menjadi sangat senang mengarang, yang akhirnya membuat saya rajin membaca,” kata Yudhis.
Yudhis juga sempat menceritakan karya-karyanya yang dianggap “mbeling” atau semacam pemberontakan dari puisi-puisi kebanyakan di zaman itu. Misalnya puisi “Sajak Sikat Gigi” dan “Biarin”.
Kemudian berturut-turut Yudhis membacakan beberapa sajak dari buku kumpulan “Luka Cinta Jakarta”, “99 Sajak”, “Jangan Lupa Bercinta”, “Kuatrin, Sektet, Sains & Corona”.
Sebelum membacakan sajak terakhirnya, “Puisi Itu”, ia mengatakan: “Setelah puluhan tahun menulis puisi, baru kali itu saya bisa mendefinisikan apa itu puisi,” katamya.
Giliran berikutnya tampil rocker kawakan Renny Djajoesman. Renny tampil atraktif membacakan empat puisi Yudhis. “Baliho”, “Sumpah Air Mata”, “Di Kota Itu” dan “Di Cangkir Kopiku”.
Di tengah pertunjukannya di STAI Syekh Jangkung, Renny menantang penonton untuk menjawab pertanyaannya. “Apa judul puisi yang baru saya bacakan. Jawaban yang bener aku kasih hadiah,” katanya.
Sejenak ruang menjadi hiruk pikuk karena penonton tidak menyangka akan dapat tantangan seperti itu.
Lalu seorang wanita yang duduk di kursi bagian belakang mengacungkan tangan. ‘Sumpah Air Mata,” jawabnya.
Jawabannya benar. Suara tepuk tangan memenuhi ruang. Renny lalu memberi hadiah sebuah cincin yang sedang dikenakan di jari tangannya.
“Alhamdulillah. Saya senang sekali mendapat hadiah yang tidak disangka-sangka dari seorang penyanyi tenar,” kata Nita Aprilia Anggreini, mahasiwi STAI Syekh Jangkung yang menjawab pertanyaan Renny itu.
Setelah Renny, berikutnya Yudhistira Massardi kembali mengisi acara membacakan puisi “Rudi Jalak Gugat”. “Untuk membacakan puisi panjang ini saya dibantu dua nona-nona di samping saya ini,” kata Yudhis.
Dua nona yang dimaksud adalah sang istri Siska Massardi yang juga berprofesi sebagai pendidik, dan Wita Yudarwita, dramawan dan aktivis Teater Bulungan (Jakarta Selatan).
Menutup rangkaian acara di STAI Syekh Jangkung ini tampil pula pembaca puis dari tuan rumah yaitu Iqbal, lalu kemudian dlanjutkan dialog dengan hadirin.
Dosen STAI Syek Jangkung Mohamnad Sugianto mengaku senang dengan kehadiran penyair Yudhistira Massardi dan kawan-kawan di kampus kecil ini.
“Bisa dikatakan belum pernah ada acara seperti ini. Luar biasa. Ini jadi seperti makanan spiritual, menyirami jiwa-jiwa yang kering,” katanya.
Sebelum meninggalkan tempat acara, Yudhis, Renny, dan seluruh rombongan bergantian melakukan foto bersama para hadirin. (ahmad)