Sebelum menjadi komoditas ekspor, anggur laut malah dianggap sebagai gulma dan hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan masyarakat pesisir, tidak dibudidayakan untuk dijual. Namun setelah adanya diversifikasi anggur laut yang merupakan bagian dari rumput laut, alga hijau tersebut berhasil menjadi komoditas yang bernilai ekonomi.
Ratte Daeng Bella, seorang pembudidaya lawi-lawi atau anggur laut, mengatakan bahwa dari budidaya ini ia mampu menghasilkan pendapatan Rp15 juta per bulan. Hal ini dihasilkan dari tambak seluas 3.200 meter persegi, dengan harga jual basah lawi-lawi bisa mencapai Rp150 ribu – Rp 250 ribu per karung.
Anggur laut sebagai varian baru dari komoditas rumput laut, dengan potensi pasarnya juga tersebar hingga ke China, Korea dan Filipina diharapkan bisa menaikan tren ekspor rumput laut nasional yang telah mencapai angka USD177,99 periode Januari-Oktober 2021 dan mempertahankan posisi Indonesia sebagai eksportir rumput laut terbesar di dunia. (timur)