IPOL.ID – Menjelang bulan suci Ramadan 2023 justru membawa keberkahan tersendiri terhadap pedagang kurma di Jakarta. Seperti halnya pedagang kurma di Pasar Jatinegara, Kelurahan Bali Mester, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (20/3).
Pedagang kurma di Pasar Jatinegara, Jacob, 26, menjelaskan, omzet penjualan pada tahun ini lebih baik dibandingkan pada bulan Ramadan 1443 Hijriah atau tahun 2023 lalu.
Sejak pertengahan Maret 2023 atau satu pekan sebelum memasuki bulan Ramadan 1444 Hijriah omzet para pedagang kurma di Pasar Jatinegara naik pada kisaran 50 hingga 70 persen.
“Lebih bagus tahun ini. Dari minggu lalu sampai sekarang alhamdulillah omzet melonjak sekitar 70 persen,” ungkap Jacob di Pasar Jatinegara, Senin (20/3) siang.
Disebutkannya, untuk 12 jenis kurma yang dijual di kiosnya, varian yang digemari pembeli di antaranya Kurma Mesir dan Kurma Madinah, dijual dengan harga berkisar Rp40.000-60.000 per kilogram.
Kemudian jenis Kurma Ajwa yang harga per kilogramnya berkisar Rp180.000-250.000 tergantung grade, dan Kurma Medjool yang ukurannya besar dan lezat ketika di lidah itu dibanderol Rp300.000 per kilogram.
“Paling banyak dicari pembeli pada umumnya itu jenis Kurma Mesir, Kurma Madinah. Biasanya orang Indonesia beli yang itu, karena harganya (terjangkau masyarakat),” terang Jacob.
Pria itu mengatakan, pembeli kurma di Pasar Jatinegara datang dari berbagai kalangan, baik pribadi untuk dikonsumsi di rumah, pengurus masjid untuk jemaah, hingga pegawai kantoran.
Selain kurma penjualan sejumlah jenis kacang-kacangan dan cokelat di kios Jacob juga melonjak menjelang Ramadan 2023, namun kenaikan itu tidak terlampau tinggi.
“Sekarang sudah alhamdulillah pembeli meningkat. Karena waktu mulai COVID-19 tahun-tahun kemarin itu anjlok, sekarang pandemi COVID-19 sudah dicabut mulai membaik,” ujarnya.
Jacob menambahkan, lonjakan omzet menjelang Ramadan ini tidak terlampau tinggi karena daya beli masyarakat belum pulih total.
“Omzet tahun ini memang naik 70 persen dibanding hari biasa. Tapi dibanding Tahun 2019 ke bawah sebelum COVID masih jauh, tidak sampai setengahnya,” ungkap Jacob.
Karena pada Ramadan tahun-tahun sebelum Pandemi COVID-19 melanda omzet penjualan kurma di kios Jacob dapat melesat hingga 200 persen.
Dia memperkirakan lonjakan omzet 70 persen ini sulit naik hingga memasuki bulan Ramadan 1444 Hijriah, mengingat di pertengahan Ramadan sudah tidak banyak warga membeli kurma.
“Jadi walau omzet sekarang naik tetap tidak sebanding, karena pada Ramadan Tahun 2019 ke bawah omzet selalu di atas 100 persen. Penjualan kurma mendekati lebaran juga kembali normal,” ujar Jacob.
Selain daya beli yang belum pulih total dari dampak Pandemi COVID-19, tren masyarakat memilih belanja melalui online atau market place diduga turut mempengaruhi penurunan omzet.
Pedagang Kurma di Pasar Jatinegara lainnya, Turi mengungkapkan hal sama, menurutnya, sejak satu pekan menjelang Ramadan 1444 Hijriah terjadi lonjakan omzet hingga 50 persen dari hari biasa.
Varian banyak digemari pembeli di kios Turi di antaranya jenis Kurma Mesir, Kurma Kalas yang harganya terjangkau masyarakat dengan harga berkisar Rp40.000 per kilogram.
“Kalau paling mahal Kurma Ajwa, itu per kilogramnya Rp240.000 peminatnya banyak juga. Alhamdulillah ada saja,” tukas Turi.
Tetapi masih terpuruknya daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19 dirasakan betul pedagang kurma di Pasar Jatinegara.
Menjelang Ramadan pada tahun-tahun sebelum Pandemi COVID-19 melanda omzet pedagang melesat hingga berkali-kali lipat. Tahun 2023 kenaikan omzet mereka tidak terlampau tinggi.
Turi membandingkan lonjakan omzet menjelang bulan Ramadan 1444 Hijriah tahun ini tidak sebanding pada tahun-tahun sebelum Pandemi COVID-19.
“Kenaikan omzet sekarang 50 persen. Walau naik tetap enggak sebanding dibanding Ramadan di bawah tahun-tahun 2019 dulu. Kalau dulu itu selalu ramai, sekarang daya beli turun,” pungkas Turi. (Joesvicar Iqbal)