“Aku tuh benar-benar yang mati-matianlah buat kedokteran ini, karena aku pengin jadi dokter. Dari pagi sampai jam 5 sore (ekstrakurikuler), terus lanjut Magrib-nya les, sampai jam 9 malam. Dari 10-11 malam aku ngajar gratis ke orang-orang, matematika, biologi, semuanya aku kasih tutor gratis. Nah, dari jam 12 sampai jam 2 paginya aku langsung benar-benar belajar lagi sendiri,” kenang Deris.
“Memang takdir aku bukan di sini dan aku langsung mengubah cari takdir lain,” tambahnya.
Untungnya di saat yang sama Deris yang waktu SMA mengambil jurusan IPA telah menerima beasiswa untuk menempuh studi jurusan Hubungan Internasional (HI) dari President University di Bekasi.
“Saat itu ekonomi pun lagi enggak stabil. Jadi memang papa kan baru pensiun, terus mama akhirnya buka warung juga buat menghidupi kuliah aku,” cerita Deris.
Walau pada waktu itu orang tuanya masih menginginkan Deris untuk kuliah di universitas negeri, ia pun lantas berusaha membuktikan kepada mereka bahwa President University adalah pilihan yang tepat untuknya.