Gagal mendapat biaya di luar, Deris pun kembali ke orang tuanya.
“Aku ngebohong ke mereka, in good ways, aku bilang udah disediain semuanya. Tinggal minta uang saja buat berangkat naik pesawat, sama (biaya) buat sebulan. Ya udah akhirnya mereka mengusahain,” cerita Deris.
Berbekal biaya 7 juta rupiah, Deris akhirnya tiba di Belanda, tanpa ada kepastian mengenai tempat tinggal dan pekerjaan. Ia beruntung karena akhirnya bisa menginap di lantai rumah temannya selama 2 minggu. Tidak hanya itu, ia juga langsung mendapat kesempatan kerja magang di hari pertama. Walau begitu, Deris berusaha untuk menghemat, khususnya untuk biaya transportasi.
“Kalau naik bis atau naik kereta kan mahal banget ya, jadi aku dapat gratis dari (tetangga) aku, sepeda. Jadi aku naik sepeda bolak-balik 50km lebih dan sekali jalan 2 jam setengah. Itu melewati gunung, lembah, laut danau, tol, hutan, bukit semua kulalui,” katanya.
Bagi Deris, pengalaman hidupnya di Belanda merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menjadi individu yang independen, membuatnya lebih menghargai “segala unsur kehidupan(nya),” dan mempersiapkannya untuk membangun negeri jika kembali ke Indonesia nanti.