IPOL.ID – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menyoroti lemahnya kinerja manajemen risiko Pertamina yang tidak disiplin dan efektif dalam mengelola risiko kilang BBM yang semakin tua. Akibatnya, kasus kebakaran kilang atau depo BBM ini secara nasional kerap berulang.
Padahal, ucapnya, Komite Risiko di tingkat direksi maupun komisaris sejak lama sudah ada, salah satu pimpinannya adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menjabat sebagai Ketua Komite Risiko Pertamina ini.
“Komite Risikonya kerja atau tidur ini? Mereka harusnya tampil di depan sehingga ada langkah mitigasi yang lebih masif,” ujar Mulyanto kepada wartawan, Sabtu (18/3).
Mulyanto menyebut sistem mitigasi risiko Pertamina sangat lemah sehingga kebakaran sejenis masih sering terjadi.
Harusnya Komite Risiko ini memiliki peta risiko dan mengambil pelajaran dari setiap kasus kebakaran yang terjadi untuk dijadikan dasar dalam peningkatan pengamanan fasiltas produksi.
“Dengan seringnya terjadi kecelakaan di kilang atau depo BBM maka wajar bila publik mempertanyakan kinerja Komite Risiko ini,” katanya.
Menurutnya, lembaga Komite Resiko ini mempunyai wewenang dan tanggungjawab menyusun peta risiko, memeriksa kondisi alat dan prosedur kerja, serta menyusun agenda perawatan terkait keselamatan dan keamanan fasilitas perusahaan.
“Soal manajemen risiko ini sangat penting menurut saya. Dua tahun sejak 2022 ini saja telah terjadi enam kali kecelakaan. Atau kurang lebih empat bulan sekali terjadi kasus kebakaran kilang minyak. Ini kan seperti minum obat ya?,” tegas Mulyanto.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada Menteri BUMN, Erick Thohir untuk tidak sekadar menggenjot Pertamina meraih profit dan membayar deviden tanpa memperhatikan perawatan seluruh aset yang sudah lawas dan perlu perbaikan.
“Jangan sampai fasilitas yang sudah tua tidak dimitigasi, anggaran perawatannya tidak memadai, lalu kita menerima risiko kebakaran kilang seperti ini,” tandasnya.(Peri)