IPOL.ID – Pascagempa Magnitudo (M)6,9 sejumlah warga di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, hingga kini masih bertahan di pengungsian, Selasa (25/4) sekitar pukul 08.30 waktu setempat atau WIB.
Terkait peristiwa gempa tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di beberapa daerah masih melakukan pendataan dan pemantauan di wilayahnya.
Berdasarkan informasi diterima Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, warga masyarakat di Desa Simalegi masih mengungsi.
Sedangkan di kecamatan lain, seperti di Desa Sigapona, Siberut Barat, sebagian warga masih mengungsi. Sama halnya di Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara, kemudian Kecamatan Siberut Barat, sebagian warga juga masih mengungsi.
Petugas BPBD di wilayah tersebut masih melakukan pendataan dan pemantauan di lapangan, khususnya di lokasi pengungsian warga.
Beberapa BPBD di Sumatra Barat dan Sumatra Utara melaporkan warga telah kembali ke rumah masing-masing. Hal tersebut dilaporkan BPBD Kota Padang dan Kabupaten Agam di Sumatra Barat menyebutkan, warga telah kembali ke rumah.
Hal yang sama juga diinformasikan BPBD Kabupaten Nias Selatan di Sumatra Utara.
Hingga kini, BNPB terus melakukan koordinasi dan pemantauan pascagempa M6,9.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menerangkan, gempa M6,9 berlokasi 177 kilometer (km) barat laut Kepulauan Mentawai dengan kedalaman 23 km. Fenomena geologi ini terjadi pada Selasa (25/4) pukul 03.00 WIB.
Berdasarkan parameter dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), guncangan gempa diukur dengan skala MMI atau Mercalli Modified Intensity teridentifikasi Siberut dan Mentawai pada VI MMI.
Kemudian Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Padang V MMI, Gunung Sitoli, Padang Panjang, Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Solok Selatan, Solok, Bukit Tinggi III MMI serta Labuhan Batu dan Padang Sidempuan II MMI.
“Semakin tinggi MMI, semakin besar potensi dampak kerusakan dipicu guncangan gempa,” terang Abdul Muhari, Selasa.
Dua rumah warga mengalami kerusakan pascagempa M6,9 berpusat 177 km barat laut Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat. Kerusakan teridentifikasi masing-masing 1 unit di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan 1 lainnya di Nias Selatan, Provinsi Sumatra Utara.
Perkembangan terkini pada hari ini, Selasa sekitar pukul 17.35 WIB, tercatat 1 rumah rusak ringan di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Satu unit lainnya teridentifikasi di Desa Hili Anombase, Kecamatan Hibala, Kabupaten Nias Selatan. Hingga kini tidak ada laporan korban jiwa akibat gempa terjadi pada Selasa dini hari.
Diinformasikan dari data BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebanyak 2.049 Kepala Keluarga (KK) atau 8.137 jiwa masih mengungsi di wilayah masing-masing.
Jumlah itu tersebar di beberapa wilayah, antara lain 3 desa di Kecamatan Siberut Barat dan 1 lain di Kecamatan Siberut Utara. Distribusi warga mengungsi di Kecamatan Siberut Barat yaitu di Desa Simatalu 210 KK (951 jiwa), Desa Simalegi 497 KK (2.194), Desa Sigapokna 599 KK (2.443).
Sedangkan di Siberut Utara, sebanyak 743 KK (2.549 jiwa) mengungsi di Desa Sikabaluan.
BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai menyebutkan, pihaknya masih melakukan pendataan dampak di Kecamatan Siberut Barat Daya, Siberut Selatan, Sipora Utara dan Sipora Selatan. Informasi secara umum, beberapa warga masih melakukan evakuasi ke tempat aman.
Kondisi jaringan listrik di wilayah Kepulauan Mentawai pun masih dilaporkan padam.
BMKG merilis fenomena geologi ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia. Sedangkan hasil analisis mekanisme sumber gempa merupakan gempa dengan mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.
BMKG menginformasikan adanya gempa bumi susulan dengan M5,0 terjadi pada pukul 05.19 WIB di hari yang sama. Gempa berada pada kedalaman 12 km.
Di samping itu, hingga pukul 05.45 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar M5,0.
Menghadapi bahaya gempa, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Hingga kini, bahaya gempa tidak dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya.
Pascagempa, warga diimbau untuk berhati-hati saat memasuki rumahnya kembali. Pastikan struktur bangunan masih kokoh pascagempa. Gempa susulan kemungkinan masih dapat terjadi dan memperburuk kondisi struktur bangunan karena sebelumnya telah terdampak guncangan.
Sementara itu, pascagempa, petugas BNPB terus berkoodinasi dengan BPBD Provinsi Sumatra Barat serta beberapa BPBD kabupaten terdampak guncangan. (Joesvicar Iqbal)