IPOL.ID – Para anggota parlemen Rusia, Selasa mulai membuat sistem wajib militer elektronik untuk mencoba menggagalkan orang melarikan diri dari negara itu, seperti yang banyak dilakukan tahun lalu ketika mereka dipanggil untuk berperang di Ukraina.
Dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (12/4), langkah itu merupakan bagian dari desakan Moskow untuk memperkuat pasukan militernya di Ukraina selama tahun kedua perangnya, melawan negara tetangganya, meskipun pejabat pemerintah mengatakan tidak berencana untuk memaksa lebih banyak orang berperang di Ukraina lewat panggilan baru.
Rusia tahun lalu mewajibkan 300.000 orang berperang melawan pasukan Kyiv. Tetapi setelah mengetahui rencana tersebut, puluhan ribu dalam waktu singkat meninggalkan tanah air mereka sebelum otoritas Rusia menghentikan keberangkatan warganya dan protes jalanan di beberapa kota.
“Kita perlu menyempurnakan dan memodernisasi sistem panggilan militer,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam jumpa pers, di mana ia juga mengingat “masalah” yang dialami tahun lalu dengan kampanye mobilisasi.
Hingga saat ini, draf pemberitahuan harus disampaikan secara langsung. Tetapi perekrut terkadang kesulitan untuk mengirimkan surat-surat atau bahkan untuk mengetahui apakah alamat orang yang terkena wajib militer sudah benar. Beberapa calon wajib militer berhasil menghindari perintah wajib militer dengan menolak menerima pemberitahuan.
Di bawah sistem baru, surat panggilan akan dikirim secara elektronik ke rekening pribadi calon wajib militer di portal utama pemerintah. Pemberitahuan wajib militer akan dianggap telah disampaikan segera setelah dikirim, sebagai upaya untuk mengakhiri kesempatan bagi warga laki-laki untuk melarikan diri. (VOA Indonesia/Far)