“Gejala yang saya rasakan itu lemas, terus sakit semua badan,” terangnya.
Selama satu tahun itu, ia menahan sakit dan terpaksa keluar masuk puskesmas untuk memeriksa kesehatannya namun tidak kunjung sehat dan hanya mendapat vitamin karena tidak ada persediaan praziquantel, obat yang digunakan untuk mengobati schistosomiasis.
Ia akhirnya mendapat obat pada Februari lalu yang dikirim dari dinas kesehatan provinsi.
“Setelah dikasih obat dari puskesmas, saya langsung minum. Nah, baru enak saya rasa. Setelah itu badan sudah fit dan saya sudah bisa pekerja setelah beberapa hari,” ungkap Yairus kepada BenarNews.
Tapi Yairus masih bisa tertular lagi jika dia kembali ke daerah yang banyak keongnya.
“Keong-keong itu harus dibasmi. Pemerintah perlu selesaikan itu. Kalau tidak, pasti masih akan ada terus orang yang terpapar demam keong,” kata Yairus.
Kementerian Kesehatan menyebut penyakit ini dapat menyebabkan gatal-gatal, demam, diare dan penurunan berat badan. Jika tidak diobati, dapat bertahan selama bertahun-tahun dan menyebabkan kerusakan organ dan kanker.