Selama saya sholat subuh di mesjid, Pak Latief merupakan salah satu orang tua yang sering bertemu saya waktu berjalan ke mesjid atau waktu di mesjidnya sendiri. Bahkan ketika di usia senjanya, Pak Latief menderita dimensia, semacam penyakit lupa, dia masih sering terlihat berjalan menuju mesjid.
Bersama-sama Pak Latief saya juga hampir setiap hari bersua dengan banyak “bapak-bapak” lain yang usianya di atas saya. Katakanlah satu generasi di atas saya. Para orang tua itu telah lebih dahulu dipanggil kembali oleh Sang Pencipta. Mereka satu persatu kembali ke pangkuanNYA.
Pak Nawawi, misalnya, mantan ketua RT dan orang yang ikut aktif selama proses pembangunan mesjid dekat rumah saya, sudah lebih dahulu menghadap Sang Khalik. Lelaki yang dulu tinggal di dekat tikungan itu pernah memberkan saya pohon kurma, tapi sayang karena saat itu musim hujan lebat, pohon kurmanya walaupun sudah ditanam dengan bergerobak-gerobak pasir, akhirnya gagal tumbuh.
Saya mendengar cerita dari banyak orang, Pak Nawawi semasa muda mampu mengatasi berbagai problem keamanan atau sengketa sosial. Oleh lantaran itu dia ketika hidup menjadi tokoh yang sangat disegani. Belakangan Pak Abbas, anaknya, meneruskan jejaknya pernah sebagai ketua RT.