Oleh: Wina Armada Sukardi
Wartawan dan advokat senior, serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
IPOL.ID – Secara tidak langsung, praktek sholat subuh, mengajarkan kita untuk menghormati dan mematuhi pimpinan yang kita pilih.
Sepanjang tidak menyimpang dari akidah, kita wajib tunduk dan taat mengikuti imam. Mengikuti pemimpin. Setidaknya, hal ini tercermin dari proses kita mengikuti imam dalam sholat subuh (dan sholat lainnya).
Bedanya, sholat subuh menjadi satu-satunya yang dalam seluruh (dua) rakaat sholat, imam membaca Al fatihah dan surat atau ayat pilihan dengan suara keras.
Memang, dalam sholat magrib dan sholat isa, imam juga membawakannya dua rakaat dengan suara keras. Tapi pada sholat magrib dan isa itu, suara keras imam tidak pada seluruh rakaat sholat. Baik sholat magrib maupun shola isa, imam hanya mengeraskan suaranya pada dua rakaat pertama saja, dari tiga rakaat pada sholat magrib dan empat rakaat pada sholat isa.
Setelah itu imam melafalkan bacaannya dengan lirih. Dengan kata lain, tidak pada seluruh rakaat sholat magrib atau isa, imam mengeraskan suaranya.
Berbeda pada sholat subuh, karena memang cuma dua rakaat, berarti pada seluruh sholat waktu berdiri imam mengeraskan suaranya.
Setelah membaca Al Fatihah, imam bebas memilih surat apa saja yang bakal dibacanya. Dalam pengalaman hamba, ada empat tipe imam dalam memilih surat yang dilantunkannya.