IPOL.ID – Wilayah Kabupaten Cirebon jadi salah satu kawasan penyumbang hasil tani bawang merah terbesar di Jawa Barat. Data dari Dinas Pertanian Cirebon, tercatat hasil panen bawang tersebut dapat mencapai sebanyak 35 ribu ton per tahun.
Diketahui jumlah tersebut merupakan akumulasi dari luas lahan produksi bawang merah yang mencapai 3.400 hektare. Produksi per hektare bawang merah di Kabupaten Cirebon tembus hingga 10,5 ton. Sehingga dari jumlah luasan lahan tersebut, maka produksi bisa mencapai 35 ribu ton.
Koordinator Wilayah (Korwil) GMC Jawa Barat Hamdan Muhammad mengungkapkan, keinginan Kabupaten Cirebon menjadi salah satu komoditas bawang merah unggulan sejajar bersama Kabupaten Brebes.
“Hari ini kami bicara soal bagaimana pengembangan budidaya bawang merah yang ada di Desa Tawangsari. Setelah sebelumnya kita berdiskusi bagaimana Jerman sudah bisa memproduksi bawang yang bisa langsung dimakan, kemudian bagaimana Brebes bisa jadi sentra bawang merah di Indonesia,” ujar Hamdan di Balai Pengumpulan Bawang Merah, Desa Tawangsari, Kabupaten Cirebon, Kamis (11/5).
“Nah, kami melihat Jawa Barat ini memiliki potensi yang mampu menyaingi itu semua. Oleh karena itu, kami berikan pendampingan, dengan harapan bisa berbagi informasi dan wawasan untuk memajukan petani bawah merah di sini,” tambah dia.
Menurut Hamdan, bertani bawang merah di wilayah tersebut memang sudah menjadi budaya yang turun temurun.
Banyak masyarakat yang hidupnya bergantung pada komoditas tersebut dan sudah menghasilkan perekonomian untuk masyarakat setempat. Namun, dia mengimbau kepada para petani untuk tidak puas dengan kondisi saat ini.
Hamdan pun menekankan agar para petani untuk bisa bereksplor dan meningkatkan hasil produksinya.
“Kami memberikan suatu wawasan agar para petani tidak merasa puas dengan apa yang diperolehnya saat ini, sehingga kami mendorong mereka terus melakukan inovasi karena kapasitas produksinya cukup besar,” ungkap Hamdan.
Ke depan, pihaknya akan bekerjasama dengan GMC Jawa Tengah untuk melakukan program pertukaran pengetahuan tentang cara bagaimana budidaya bawang merah.
“Kami sudah mempersiapkan rancangan program pertukaran dengan GMC Jawa Tengah untuk membahas hal tersebut secara lebih lanjut, serta merencanakan pemberian infrastruktur dan fasilitas penunjang pertanian, namun masih digali apa yang urgen saat ini,” tukasnya.
Menyikapi kedatangan GMC ke wilayahnya, Koordinator Petani Tawangsari, Rustanto berterimakasih atas kedatangan dan bantuan diberikan tersebut. Menurutnya, itu memberikan motivasi terhadap perkembangan potensi petani bawang merah ke depan.
“Alhamdullilah setiap tahun mereka makin bertambah wawasan pertaniannya. Sehingga dengan kedatangan GMC ini akan memperkuat pemahaman dan inovasi kepada para petani,” ujarnya.
Selain itu, Rustanto berharap GMC bisa memfasilitasi program solusi bagi para petani yang selama ini dianggap sebagai kendala besar petani bawang merah.
“Salah satunya adalah subsidi pupuk yang semakin sulit didapatkan karena birokrasi yang rumit dan kalau pun ada harganya bisa mencapai dua kali lipat karena ada sebagian dari kami belum memiliki kartu tani. Semoga GMC maupun Pak Ganjar bisa memberikan solusi terbaik bagi para petani kecil bawang merah,” tutup Rustanto. (Joesvicar Iqbal/msb)