IPOL.ID – Ramai di media massa soal dugaan bisnis di rumah tahanan (Rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang belakangan ini santer. Hal itu pun diungkap oleh mantan sipir di Jakarta, Senin (8/5).
Bahkan keterangan aktor Tio Pakusadewo terkait monopoli bisnis di Rutan dan Lapas yang dijalankan anak menteri juga dibenarkan mantan sipir di Jakarta itu.
Mantan sipir di Jakarta berinisial AB, 61, mengungkapkan bahwa seluruh keterangan Tio sebagaimana disampaikan dalam konten dengan Uya Kuya memang benar adanya di Rutan dan Lapas.
AB yang sudah malang melintang di Rutan dan Lapas, hingga Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan lain di Jakarta menjelaskan, dugaan monopoli bisnis anak menteri itu sudah berjalan lama.
“Awalnya di Lapas ada koperasi dijalankan pegawai. Tapi dimonopoli yayasan itu semua, alasannya ya pembinaan ke narapidana,” tutur AB pada awak media di kawasan Jakarta, Senin (8/5).
Menurutnya, ketika koperasi yang menjajakan makanan dan kebutuhan sehari-hari dijalankan para pegawai, seluruh keuntungan dibagi rata sebagai penghasilan tambahan.
Namun setelah koperasi tersebut diambil alih secara paksa diduga oleh yayasan anak menteri. Semua keuntungan diduga masuk ke kantong pribadi, sebaliknya para pegawai Rutan dan Lapas hanya dapat gigit jari.
“Ada pegawai yang lagi kredit mobil bak untuk usaha jualan sayur di Lapas. Tapi setelah ada yayasan mobil ditarik, enggak kuat bayar cicilan. Enggak ada pegawai berani melawan,” beber dia.
Lebih jauh, AB mengungkapkan, para pegawai di Rutan dan Lapas sebenarnya tidak suka dengan monopoli, karena mereka pun harus membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari di koperasi yayasan tersebut.
Harga yang ditawarkan koperasi yayasan milik anak menteri dapat mencapai dua kali lipat dari harga normal di pasaran. Sehingga banyak pegawai keberatan bila harus membeli di sana.
“Rokok misalnya, bisa dua kali lipat. Dari harga Rp25 ribu jadi Rp50 ribu. Kopi Rp5 ribu, tapi gelas kecil. Barang dijual di yayasan macam-macam, makanan, minuman, hingga alat mandi,” tukasnya.
Soal kualitas barang dijual, AB mengungkapkan kembali, air minum kemasan yang dijajakan sangat buruk karena merupakan air tanah disuling sehingga hasilnya kadang bagus namun tak jarang buruk.
Menurutnya, hanya warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang memiliki kantong cekak memilih beli di sana, sedangkan WBP berduit seperti kasus tindak pidana korupsi tidak membeli.
“Kalau napi korupsi ya beli dari luar sendiri, mana mau mereka minum air begitu. Intinya di dalam kalau ada duit ya aman, kalau enggak ada terima nasib. Semua butuh duit,” ulas AB.
Sementara, awak media sudah berupaya mengonfirmasi kebenaran pernyataan AB kepada Koordinator Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Rika Aprianti.
Namun saat dikonfirmasi Rika balik bertanya terkait sosok narasumber yang memberi keterangan tanpa memberi tanggapan atas pernyataan AB kepada awak media.
“Info dari mana, siapa,” ujar Rika saat dikonfirmasi. (Joesvicar Iqbal)